Potensi, Peluang dan Pengembangan Pariwisata di Sulawesi Selatan

Visit South Sulawesi 2012

"......Tak perlulah aku keliling dunia, Biarkan ku di sini 
Tak perlulah aku keliling dunia, Karna ku tak mau jauh darimu..." lirik Tak Perlu Keliling Dunia by Gita Gutawa
Lirik diatas membuat penulis tersenyum dan bahagia seketika juga...!!! Sangatlah indah dan tentu saja menggambarkan tentang akan indahnya Indonesia, sehingga boleh dikatakan Indonesia ibarat sebuah dunia tersendiri di bumi tercinta. apapun yang anda cari diberbagai belahan dunia lainnya dapat anda temukan di Indonesia, setiap daerah memiliki potensi dan kekayaan yang berbeda-beda, baik itu alam, wisata budaya dan juga kesenian yang ada. Apa lagi yang kurang?

Bandara Sultan Hasanuddin, pintu gerbang Indonesia Timur(foto:Mudrikan)
Pertanyaanya...!
Mengapa kita tidak bersyukur...?! Menggangap negara lain lebih dari negara kita! Saya yakin anda yang membaca tulisan ini dan juga saya tentunya, pasti bersyukur. Kemudian apa yang harus kita lakukan. Nah ibarat wanita cantik yang anggun dan juga berbudi beserta segala kelebihannya. Indonesia harus kita cintai, mari kita cintai Indonesia.

Berhubung penulis dari Sulawesi-Selatan, maka penulis akan bercerita beberapa aspek tentang Pariwisata dan Kebudayaan Sulawesi-Selatan yang saya dapatkan di daerah ini, serta ide dan gagasan, maupun apa yang telah ada yang bisa tetap di lanjutkan kedepannya dalam tulisan "Potensi, Peluang dan Pengembangan Pariwisata di Sulawesi Selatan" untuk mendukung Visit South Sulawesi 2012.

Ok, kalau begitu sebelumnya mari berkenalan dengan Sulawesi-Selatan terlebih dulu. berdasarkan data dari wikipedia. Sulawesi Selatan adalah sebuah provinsi di Indonesia dengan ber-ibu-kotakan Makassar dan dahulu disebut Ujung Pandang. jumlah penduduk di Sulawesi Selatan terdaftar sebanyak 8.032.551(data BPS 2010), wah sama nih jumlah penduduk dengan negara lain...!!!

Sulawesi Selatan sendiri berbatasan dengan Sulawesi Tengah dan Sulawesi Barat di utara, Teluk Bone dan Sulawesi Tenggara di timur, Selat Makassar di barat dan Laut Flores di selatan. Berbicara suku bangsa, terdapat 4 suku utama: Bugis, Makassar, Mandar, Toraja, dan suku lainnya Duri, Pattinjo, Bone, Maroangin, Endekan, Pattae dan Kajang/Konjo

Lihat Peta Lebih Besar
Setiap suku dan lokasi yang ditinggali unik dan berbeda dan ini tentu saja menyimpan potensi pariwisata yang ada dan tentu saja tetap melestarikan apa yang ada.
Wisatawan sendiri terbagi atas dua kategori wisatawan domestik dan mancanegara. Dan untuk jenis wisata sendiri ada banyak jenisnya: wisata alam, wisata sejarah, wisata budaya, wisata desa, wisata kuliner, olahraga, dan tentu saja wisata kerjinan(handicraft)
Oleh karena itu, untuk mengembang kan potensi pariwisata, serta merebut peluang, tentunya ada strategi yang harus dilakukan oleh kita. Dari pikiran penulis serta ide yang ada antara lain:

Mempromosikan budaya melalui musik dan tari
Tentu saja yang harus ditonjolkan adalah khas alat musik tradisional Sulawesi-Selatan itu sendiri, alat musik Sul-Sel banyak macamnya, diantaranya adalah:
Alosu: alat musik yang berupa kotak anyaman daun kelapa yang didalamnya berisi biji-bijian yang akan menghasilkan bunyi.
Anak Becing: alat musik yang terbuat dari batam logam, alat musik ini berbentuk seperti dayung.
Basi-Basi: alat musik trompet yang dipasang rangkap.
Popondi: alat musik berbentuk kayu seperti busur, bnetuknya seperti tanduk kerbau yang tertumpu pada sebuah tempurung kelapa, dan dimainkan dengan cara dipetik.
Keso-keso: alat musik dari toroja dimainkan dengna cara digesek.
Lembong: alat musik sejenis seruling panjangnya sekira 50-100 cm dan memiliki garis tengah 2 cm dan dan diujung terdapat tanduk kerbau yang bentuknya menyerupai cerobong dan dapat ditemukan di tanah toraja.
namun, scera umum alat musik yang ada di Sul Sel dapat dibedakan dalam emapat jenis, yang bersal dari sumber bunyinya: kulit yang dibentangkan(membranofon), udara(aerofon), dari alat itu sendiri(idiofon), berasal dari dawai atau senar dibentangkan(kordofon).
Dan tentu saja berbagai alat musik dari empat suku bangsa yang ada di Sulawesi Selatan dapat dimanfaatkan sebagai media promosi dan penyebaran pesan budaya. 




Berbagai Jenis Alat Musik Traditional di Sulawesi-Selatan

Kuliner tradisional
Makanan ataupun kuliner dari Sulawesi Selatan beraneka ragam, banyak diantaranya sangat dikenali dan terkenal antara lain: Coto Makassar, Kue tori, Pallu Butung, Pisang ijo, Sop Saudara ataupun Konro, dan beraneka ragam seafood.
Rasa yang kuat dan bercita rasa merupakan suatu yang khas bisa anda dapatkan di makanan traditional yang ada di Sulwesi Selatan sehingga akan mudah terekam di lidah anda. seperti kata artis Ibu kota berjilbab, Elma Theana yang berkunjung ke Makassar dalam Femme Exhibition, 5 April lalu. "Kalau saya ke Makassar yang paling pertama saya cari itu makanan masakan tradisional, yaitu seafoodnya ." seru Elma Theana bersemangat.

Jajanan Tradisonal di Festival Kuliner Sulawesi-Selatan 2012

Wisata bahari yang masih tertidur.
Masyarakat Sulawesi Selatan dikenal dengan masyarakat bahari dan bahari atau kelautan Sulawesi Selatan sangat potensi untuk wisata pesiar, sangat besar potensi yang ada disitu. Ibarat raksasa yang masih tertidur dimimpinya, ia belum dibangunkan untuk mencapai mimpi tersebut, ia hanya sesekali tersadar dan tidur kembali. Sejak dari dulu terkenal dengan Kapal Phinisinya. ini yang menarik tentunya dan masih banyak pulau-pulau tak berpenghuni yang bisa dikembangkan menjadi potensi wisata, misalnya island camp.

Kegiatan MICE(Meeting, Incentive, Conference and Exhibition) sebagai industri baru pariwisata
Sebaiknya, pengembangan pariwisata kini bukan hanya berfokus pada mempertahankan budaya lokal serta bangunan bersejarah. Tetapi tetap harus melibatkan diri pada perkembangan industri pariwisata itu juga. kegiatan MICE atau yang lebih dikenal dengan meeting, incentive, conference, dan exhibition merupakan suatu bisnis yang berkembang sangat pesat di Indonesia saat ini. sebagai bagian dari industri pariwisata saat ini MICE sangat menjanjikan, karena bisnis pariwisata merupakan bisnis dengan high-quality dan high yeald yang memberikan kontribusi tinggi secara ekonomi terutama negara berkembang seperti indonesia.
dan tentu saja MICE ini harus juga didukung oleh pemerintah dan pelaku industri pariwisata dengan menyiapakan berbagai fasilitas yang lengkap.
berbicara tentang kunjugan wisata sebaiknya kita jangan terlelu banyak berharap di sektor kunjungan wisata ke objek pariwisata saja tetap harus mengoptimalkan potensi dibidang MICE.

Baru-baru ini di Makassar dilaksanakan International Woman Exhibition Femme di hotel Clarion dari tanggal 4 hingga 8 April, dan sebagaimana diberitakan oleh media Fajar koran, yang tentu saja memberikan kontribusi positif pada perkembangan pariwisata di kota Makassar dan Sulawesi Selatan baik secara langsung maupun tidak langsung.

Femme International Woman Exhibition(foto:Mudrikan)



Pagelaran busana muslim berbahan dasar sutra Sul-Sel @Femme(foto:Mudrikan)

































Selain itu yang paling penting adalah pemerintah provinsi dan kota kabupaten harus saling bersinergi dalam program yang ada termasuk antara Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Sulawesi Selatan dan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Makassar maupun kabupaten lainnya, serta tidak lupa melibatkan berbagai lembaga misalnya PHRI(Perhimpunan Hotel dan restoran Indonesia) dan ASITA(Association of the Indonesia Tours and Travel Agencies).

Salah satu hal yang mungkin bisa dilakukan adalah dengan menggali potensi wisatawan yang ada di daerah lain yang berdekatan dengan  Sul Sel ataupun warga daerah lain yang memiliki kedekatan emosional dengan Sulawesi Selatan misalnya; Kalimantan, Papua, ataupun Malaysia.

Seperti yang baru-baru saja dilaksanakan di Balikpapan Kalimantan Timur dalam Makassar Direct Sale 2012 and Art Performance pada tanggal 7 hingga 8 April ini yang banyak disambut positif disana.

Penulis bersama gadis-gadis Kalimantan(foto:mudrikan)

Kerjasama antara pemerintah dan industri pariwisata(foto;mudrikan)

Silaturahmi yang secara langsung maupun tidak langsung memberikan peningkatan kunjungan pariwisata(foto:mudrikan)

Tari Padduppa sebagai tari penyambutan, mengambarkan masyarakat Sul Sel yang ramah(foto:mudrikan)
Makassar Direct Sale 2012 @Balikpapan, Kalimantan Timur


Tosora, sejarah dan kini tanah kelahiran sutra Sulawesi(mempertahankan tradisi)
Salah satu cara untuk memperkuat identitas kepariwisataan adalah memeprthankan tradisi dan kebiasaan lama yang ada. salah satu pengalaman dan penilitian penulis adalah tentang sutra asli Sulawesi Selatan di kabupaten Sengkang(Wajo) tepatnya di Desa Tosora.

Tosora merupakan desa tertua disana dan penuh dengan sejarah serta bangun peninggalan masa lalu juga memberikan kontribusi penyebaran Islam di Sulawesi Selatan dan desa ini terkenal akan sutranya, dimana hingga saat ini kain sutra disana masih dekerjakan dengan cara traditioanl yang sangat rumit dan membutuhkan waktu lama, dan para pekerja telah mempelajari dan mewariskan dan diwariskan secara turun temurun untuk keahlian menenun ini, walaupun di desa tersebut juga dapat ditemukan alat tenun yang lebih canggih tetapi tidak mengunakan mesin. Dan hal ini tentu saja bisa dijadikan sebagai destinasi wisata yang unik dan sebaiknya dikemas dengan menarik.
Dan berikut beberapa dokumentasi penulis:

Keahlian yang diwariskan turun-temurun(foto:mudrikan)


Membentangkan benang sutra dengan proses yang rumit dan membutuhkan waktu lama(Foto: mudrikan)

Pengerjaan sarung sutra dengan mengunakan alat sederhana, dilakukan sehari-hari dibawah kolom rumah (foto: mudrikan)

Mesin tenun yang lebih canggih dengan mengunakan tenaga manusia (Foto: Mudrikan)
Media sebagai sarana efektif promosi pariwisata dan kebudayaan
Media adalah sarana yang sangat efektif untuk menyampaikan pesan, dari pesan tersebut dapat mempengaruhi dan juga mengarahkan sikap serta pilahan audiens untuk mengambil keputusan.
Disektor pariwisata media juga dapat digunakan sebagai sarana yang efektif. baik itu mengunakan media konvensional(cetak, koran, radio dan televisi) ataupun media baru(internet, sosial media--facebook, twitter, youtube ataupun plurk--,dan IT).

misalnya saja mempromosikan pariwisata melalui laman website berupa blog dalam lomba blog seperti pasa southsulawesitourism.com

Semua orang Sulawesi-Selatan adalah Duta Pariwisata dan Kebudayaan
Untuk mepromosikan wisata dan potensi yang ada bukan hanya tugas pemerintah dan pelaku disektor wisata yang punya peranan, tetapi disetiap tempat, warga setempatlah yang paling punya peranan penting. termasuk dengan melakukan penunjukan ambassador pariwisata  dan kebudayaan, kalau di Jakarta dikenal Abang None, di Makassar dan Sulawesi Selatan sendiri dikenal Dara-Daeng dan Duta Pariwisata. ada yang menarik terkait ambassador ini yang ditulis di blog oleh Imran yang juga merupakan Daeng Sulawesi Selatan  dengan judul Pemuda Sul Sel Wajib Jadi Duta Pariwisata. Ambassador ini jangan hanya dijadikan sebagai ikon atau pajangan saja, tetapi harus dicari sosok yang betul-betul inovatif dan kreatif sehingga peranan mereka harus dioptimalkan sebagai ujung tombak kepariwisataan sebagaimana diberitakan oleh koran Tribun Timur Makassar.
namun yang paling penting, setiap warga adalah duta yang baik untuk pariwisata yang ada di daerah tersebut, termasuk warga Sulawesi Selatan dan pengunjung yang menginjakkan kaki di Makassar.


Pemilihan Dara-Daeng Sulawesi-Selatan 2012(2/4), Sebagai Instrumen Promosi Pariwisata Daerah(foto: Mudrikan)

Nah. sebagai penutup tulisan ini  dan sebagai bentuk mempertahankan budaya yang ada saya ingin memberikan pantun, selamat menikmati :-), hehehe....!!!        
Pantun
"Sulawesi Selatan Berbudaya
Propinsi Pariwisata dan Kebudayaan,
Jangan Mengaku Orang Indonesia
Kalau Belum Ke Sulawesi Selatan"
by : Mudrikan Nacong
 

Membangun Pariwisata Sulsel dari Berbagai Aspek

Sebuah poster besar baru-baru ini dipajang pemerintah untuk memberikan informasi kepada rakyat atas pencapaian Sulawesi Selatan. Salah satunya adalah mengenai masuknya Sulawesi Selatan sebagai 10 besar daerah dengan perkembangan pariwisata tercepat. Pengguna lalu lintas seperti saya menjadi berbangga karena dengan berbagai keindahan yang kita miliki, akhirnya masuk juga dalam sebuah penghargaan, ini menjadi berita besar bagi Makassar dan Sulawesi Selatan sebagai pintu gerbang Kawasan Timur Indonesia yang kini mulai membangun.

Tapi pencapaian itu tentunya bukan menjadikan kita menutup mata dan telinga dalam menjaga peningkatan pengembangan pariwisata di Sulawesi selatan tetap berjalan. Karena pekerjaan seperti ini bukanlah perkara satu tahun saja, melainkan sebuah pekerjaan berkesinambungan dalam sebuah proses yang saling berkaitan. Saat ini boleh jadi kita berbangga karena meraih penghargaan tersebut, tapi yang menjadi pertanyaan, apakah hal itu masih terjadi dalam 10 tahun kedepan? Kalau misalnya tidak ada program jangka panjang pemerintah untuk membenahi dan menjaga infrastrukturnya.

Sebuah slogan tentunya belum menjadi indikasi kita harus berhenti untuk membangun, tetapi perlu upaya keras, kreatif, dan teliti dalam menjaga warisan alam dan budaya yang sangat tinggi nilainya. Kalau kita jalan-jalan ke Tana Toraja misalnya, maka wisatawan akan terkesima dengan keindahan alam, budaya dan rumah adat yang dimiikinya. Akan tetapi mereka hanya terhenti pada objek tersebut. Padahal kebutuhan wisatawan kini sangat beragam. Seperti halnya kebutuhan akan sarana seperti toilet yang bersih, keamanan, pemandangan tanpa sampah dan penataan yang bagus masih menjadi kebutuhan yang utama dalam berwisata.

Tapi semuanya itu belum didapatkan di sekitar objek wisata. Di kete kesu misalnya, belum ada toilet bersih bagi wisatawan, yang kiranya dirancang lebih alami dengan nuansa toraja yang kuat sehingga wisatawan tidak perlu kembali ke hotel lagi hanya untuk buang air kecil. Hal itu dijumpai juga di berbagai objek wisata se antero Sulawesi Selatan, selain karena tidak ada pembangunan, juga kalaupun ada, warga sekitar belum menyadari arti pentingnya toilet bagi wisatawan sehingga kalau dibangun di semester pertama, belum genap berganti tahun coretan dan disfungsi toilet akan segera ditemui. Kerusakan terjadi di mana-mana oleh karena ulah dari masyarakat yang masih kurang sadar. Sehingga wisatawan dari negara seperti Jepang dan Singapura yang sangat memperhatikan kebersihan akan memberikan catatan buram akan kondisi objek wisata yang kita miliki. Sarana berupa toilet bersih adalah satu contoh fasilitas yang harusnya memadai. Bebas dari sampah, jalan yang bagus, penataan toko-toko souvernir, tersedianya transportasi yang nyaman juga menjadi catatan dari problematika pariwisata kita. Sebuah hal kecil memang, tapi berdampak besar bagi kunjungan wisatawan ke daerah kita.


Kete Kesu, salah satu objek Wisata di Toraja Utara, masih perlu mendapatkan pengembangan
Setelah kebersihan, hal yang menjadi catatan penting pariwisata Sulawesi Selatan adalah keamanan. Demonstrasi yang anarkis memang menjadi momok yang menakutkan bagi wisatawan, karena tak ada satupun wisatawan yang berharap untuk terkena lemparan batu dari massa yang saling melempar. Lagipula Makassar dan sekitarnya sudah terkenal dengan image anarkis dan tawuran. Sebuah ‘pencapaian’ yang tidak boleh ditingkatkan karena yang mendapat image buruk adalah seluruh warga dan daerah Sulawesi selatan. Dalam sebuah interaksi dengan warga Jakarta misalnya, hal pertama yang dipertanyakan adalah “Makassar memang anarkis yah?apakah itu sudah menjadi budaya?amankah berkunjung ke Makassar?” Sebuah pertanyaan yang ujungnya mengarah kepada ketidak percayaan dari aktivitas yang tidak kita kerjakan. Dari keamanan berdampak pada pariwisata Sulawesi Selatan. Berbagai kunjungan akibat peristiwa demonstrasi pun terus berdatangan. Informasi yang didapatkan, kabarnya Sultan Trengganu yang berencana mengunjungi Sulawesi Selatan pada tanggal 4 April 2012 membatalkan kunjungannya karena faktor keamanan Makassar yang tidak kondusif.

Padahal dalam kunjungan sebuah rombongan kenegaraan seperti itu merupakan pendapatan bagi daerah kita. Penjual souvenir akan mendapat calon pembeli baru. Bisnis warung makan dan catering mendapatkan tambahan order, juga bagi pengelola sanggar seni bisa dipastikan mendapat tempat untuk menghibur mereka semua. Interaksi dan perputaran ekonomi terjadi di sini. Dan karena kemanan yang tidak kondusif, semuanya lenyap dan tidak terjadi. Sebuah kesempatan yang hilang begitu saja. Akan tetapi terlepas dari pro dan kontra demonstrasi, saya masih setuju ekspresi demokrasi dari mahasiswa dapat terus berjalan sepanjang tidak ada tindak pengrusakan fasilitas apalagi jika menghilangkan nyawa seseorang atas nama perubahan. Sebuah pelanggaran hak asasi manusia yang tidak boleh dibiarkan.

Berhubungan dengan demonstrasi sudah lewat dan kenaikan BBM diundur hingga enam bulan kedepan, aktivitas pariwisata kita harus tetap berjalan. Saat ini, program yang belum mendapat sentuhan maksimal adalah dari sisi promosi wisata media online. Saat ini kalau kita browsing di internet, terutama di Youtube, belum ada kita dapatkan iklan pariwisata berdurasi 2 menit yang memperkenalkan Sulawesi Selatan. Padahal daerah lain seperti Lombok dan Banda Aceh sudah memiliki iklan pariwisata yang sangat bagus. Program Visit Lombok 2012 sudah memiliki iklan berdurasi 1 menit 1 detik yang ‘menghipnotis’ kita untuk harus berkunjung kesana. Dan apakah kita terkendala dan membiarkan begitu saja?tentunya tidak. karena kita memiliki segudang sarjana yang memiliki kemampuan untuk mengerjakan proyek ini dengan hasil yang didapatkan juga berdampak besar pada jumlah wisatawan. Iklan tersebut kiranya dapat diputar di bandara, televisi nasional, di youtube dan berbagai fasilitas lain yang menarik perhatian orang banyak. Sehingga kita tidak perlu menghabiskan uang banyak ke Amerika Serikat misalnya hanya untuk menggaet warga sana, karena dari internet mereka bisa mengakses potensi dan keindahan Sulawesi selatan.



Sehingga di abad virtual ini dengan semakin banyaknya pengguna internet yang berjumlah sebanyak 239 juta pengguna di dunia ini, harusnya membuat kita lebih kreatif dalam membangun pariwisata kita. Karena dari arah yang tidak terduga, wisatawan akan datang mengunjungi tempat kita. Sepanjang kita tidak mengecewakan mereka yang sudah datang jauh-jauh tetapi mendapatkan hal yang berkebalikan dari promosinya. Yah, seperti yang saya katakan tadi. Bukan pekerjaan mudah dan singkat memang. Oleh karena itu dari sini, kita bisa menyadari pentingnya pariwisata sebagai andalan dari provinsi kita. Kerja pemerintah tidak akan bermakna jika tidak ada dukungan moril dan materil dari masyarakatnya. Oleh karena itu mari kita membangun pariwisata untuk kehidupan yang lebih baik. Satu slogan yang bermakna dalam pengembangan pariwisata kita adalah jangan pernah merusak jika tidak bisa memperbaiki.

EcoTourism, Masa Depan Pariwisata Sulsel

Dewasa ini isu lingkungan menjadi isu global yang hangat diperbincangkan seluruh negara. Di abad 21 ini bumi semakin tua saja dan terpuruk akibat ulah manusia dengan pembangunan fisik layaknya jamur di musim hujan. Jakarta, ibu kota negara telah menjadi hutan beton dan gedung-gedung bertingkat dengan perbandingan taman kota yang tidak ideal. Salah satu akibat yaitu banjir lima tahunan terus terjadi dan mengorbankan masyarakat luas. Sedangkan Kalimantan sebagai paru-paru dunia, rumah berbagai ribuan satwa liar, kini sudah disulap menjadi taman kelapa sawit dan tambang yang tidak mengindahkan kelestarian lingkungan karena menghilangkan separuh dari total hutan yang dimiliki.

Melihat kondisi ini, Sulawesi Selatan sebagai pintu gerbang Kawasan Timur Indonesia dengan pembangunan yang signifikan harus melihat potensi bencana yang akan terjadi. Karena pembangunan yang tidak seimbang dengan pelestarian lingkungan akan berdampak serius pada munculnya berbagai masalah baik itu banjir tahunan, kekeringan jangka panjang, meningkatnya suhu, juga cuaca yang tidak menentu. Salah satu pembangunan yang signifikan di Sulawesi selatan adalah munculnya berbagai gedung-gedung tinggi dengan penggunaan energi tak terbarukan yang besar. Untuk keuntungan komersial, maka hal tersebut menjanjikan berbagai pihak, namun keuntungan dari sektor lingkungan menjadi sangat minim. Objek wisata pun kini semakin beragam diramaikan dengan mall-mall dan hiburan yang tidak lagi alami.

Sebenarnya bukan hal salah memang dengan adanya pembangunan tersebut, sepanjang masih ada kepedulian dari pemerintah dan masyarakat untuk menjaga lingkungan yang diwujudkan  kebijakan dan tindakan. Menyeimbangkan pembangunan dengan daerah resapan dan taman hijau sekitar 30 % dari luas kota menjadi salah satu kebijakan yang berorientasi lingkungan. Selain itu ada juga konsep pembangunan di sektor pariwisata berwawasan lingkungan, yaitu ecotourism atau ekowisata. Hal inilah yang bisa diaplikasikan dan dipikirkan dalam pembangunan pariwisata di Sulawesi Selatan kedepan dengan melihat semakin tipisnya daerah hutan dan objek yang masih alami. Juga untuk melihat sejauh mana konsep ini diaplikasikan dalam pengembangan pariwisata Sulawesi Selatan.


Sejarah Ekowisata
Ecoutourism atau ekowisata sudah lama menjadi pegangan dalam perbincangan global. Pada tahun 1987, rumusan ekowisata pertama kali ditemukan oleh Hector Ceballos-Lascurain yang mendefinisikan ekowisata sebagai berikut:
“Ecoutourism can be defined as tourism that consist in travelling to relatively undisturbed or uncontaminated natural areas with the specific objectives of studying, admiring and enjoying the scereny and its wild plants and animals, as well as any existing cultural manifestations (both past and present) found in the areas.”
Atau dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai berikut:
Ekowisata adalah perjalanan ke tempat-tempat alami yang relative masih belum terganggu atau terkontaminasi (tercemari) dengan tujuan untuk mempelajari, mengagumi dan menikmari pemandangan, tumbuh-tumbuhan dan satwa liar, serta bentuk-bentuk manifestasi budaya masyarakat yang ada, baik dari masa lampau maupun masa kini”. Definisi ini menjadi pegangan dan panduan dalam diskusi ekowisata di seluruh dunia yang kemudian disempurnakan oleh The International Ecotourism Society (TIES) pada tahun 1990 sebagai berikut:

“Ecotorism is responsible travel to natural areas which conserved the environment and improves the welfare of local people”. Sedangkan menurut Fenell (1999) mendefinisikan ekowisata sebagai bentuk berkelanjutan berbasis sumberdaya alam pariwisata yang berfokus pada pengalaman dan pembenlajaran tentang alam dan yang berdampak etis rendah, non konsumtif dan berorientasi lokal. Ekowisatapun diatur dalam Undang-Undang Lingkungan Nomor 4 Tahun 1982 (diakses melalui situs ini )dengan tujuan pengembangan untuk:
1.    Tercapainya keselarasan hubungan antara manusia dengan lingkungan hidup sebagai pembagian pembangunan manusia Indonesia seutuhnya.
2.    Terkendalinya pemanfaatan sumberdaya secara bijaksana.
3.    Terwujudnya manusia Indonesia sebagai pembina lingkungan hidup.
4.    Terlaksananya pembangunan yang berwawasan lingkungan untuk kepentingan generasi sekarang dan mendatang.
5.    Terlindunginya negara dari dampak kegiatan di luar wilayah negara yang dapat menyebabkan kerusakan dan pencemaran lingkungan.

Jika melihat objek wisata yang kita miliki sekarang, konsep ekowisata sudah mulai dilirik meskipun belum maksimal dalam tahap implementasinya. Untuk melihat konsep ini diaplikasikan adalah dengan menilai pengembangan objek wisatanya. Salah satunya adalah berupa taman nasional dimana di dalamnya terdapat beberapa objek wisata. Meskipun kita memiliki dua taman nasional yaitu Bantimurung Bulusaraung dan Takabonerate, tetapi menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah untuk terus menjaga kelestariannya. Eksistensi aneka satwa di dalamnya menjadi sangat penting. Seperti kita ketahui bahwa Bantimurung memiliki 256 spesies kupu-kupu bantimurung, kuskus beruang (Ailurops Ursinus) dan primanta terkecil di dunia Tarsius Spectrum. Kera hitam (Dare, nama ilmiah Macaca Maura). Jika melintasi deretan pegunungan karst yang indah itu, sesekali pengendara mobil disajikan pemandangan melintasnya kera hitam sulawesi. Dulu, kejadian itu sangat sering ditemui. Akan tetapi akhir-akhir ini, penampakan dari kera ini sudah jarang ditemui, sehingga menjadi tugas dari masyarakat dan pemerintah untuk menjaga objek wisata alam tersebut. Kehilangan ciri dari sebuah objek menjadi pertanda hilangnya keistimewaan dari objek tersebut.

Takabonerate pun seperti itu. Keindahan taman lautnya menjadi harta yang tak ternilai harganya. Memiliki atol karang terbesar ketiga di dunia, Berbagai spesies langka dari ikan dan terumbu karang menjadi nilai jual yang sangat penting. Dimana terdapat sekitar 261 jenis terumbu karang dari 17 famili dan 295 jenis ikan karang yang bernilai ekonomis tinggi. Selain itu kejernihan air dan intensitas pencemaran yang masih kurang boleh jadi membuat kita masih berbangga. Tapi apakah keindahan dan kelestarian biota laut masih eksis berapa tahun lagi jika tidak ada pembangunan berkelanjutan berbasis pada konservasi daerah objek wisata.

Salah satu indikator dari terlaksananya konsep ekowisata adalah adanya penyadaran dan kerjasama dengan masyarakat untuk menjaga objek wisata untuk tetap alami. Baik dalam bentuk sosialisasi, workshop atau pelatihan. Dengan tujuan memberi pemahaman akan arti penting keberlangsungan objek wisata untuk persiapan masa depan. Saat ini belum ada informasi akurat mengenai ada tidaknya sosialisasi yang dilaksanakan pemerintah atau lembaga swadaya masyarakat kepada masyakat akan ekowisata ini. sehingga perlu kiranya pemerintah untuk merancang program kerja untuk tidak menggunakan sianida, misalnya, pada kegiatan penangkapan ikan di kepulauan Kabupaten Selayar.

Ketika sosialisasi dan pelaksanaan sudah berjalan, pemerintah seharusnya tetap memikirkan upaya nyata dalam mendatangkan wisatawan. Proses ekowisata bisa terjadi jika adanya kedatangan wisatawan ke tempat wisata. Ketersediaan sarana dan prasarana yang memadai adalah salah satu kunci keberhasilan dari pengelolaan objek wisata. Ketika objek wisata kita masih alami, bukan berarti bahwa tidak ada sama sekali pembangunan didalamnya. Aksesibilitas, aktivitas, amenitas, fasilitas dan akomodasi merupakan cakupan yang harus dimiliki dari sebuah objek wisata.

Kalau kita berjalan ke taman nasional Takabonerate misalnya, transportasi yang layak menjadi sarana yang wajib tersedia. Dermaga, toilet dan sistem telekomunikasi yang baik menjadi keharusan. Aktivitas warga harus ada sehingga sebuah kebudayaan hasil cipta manusia menjadi sajian paket wisata. Karena keberlanjutan disini diartikan sebagai upaya koservasi, baik itu konservasi berupa perlindungan terhadap ekologi, tetapi juga adanya koservasi budaya yang bertujuan untuk menjaga produk budaya (tarian, system adat, musik tradisional, cerita rakyat, dll) agar tidak hilang yang berujung pada peningkatan ekonomi yang berkelanjutan.

Sehingga dengan melihat kondisi dua taman nasional ini dimana terdapat berbagai objek wisata di dalamnya, masih perlu upaya dari pemerintah, masyarakat dan NGO untuk terus membangun objek dengan prinsip ekowisata demi keberlanjutan alam dan budaya kita. Dengan harapan beberapa tahun kedepan kelestarian itu tetap terjaga hingga generasi berikutnya. Karena ketika kerusakan terjadi, perlu upaya yang jauh lebih besar dan waktu bertahun-tahun untuk mengembalikan keaslian dari objek wisata ini. kedua objek ini baru dua dari sekian banyak objek wisata yang kita miliki, sehingga bukan menjadi tanggung jawab pemerintah saja untuk merawat dan mengembangkannya, tetapi partisipasi masyarakat menjadi kunci keberhasilan. Toh yang tinggal dan mendiami serta merasakan keuntungan adalah masyakarat sendiri. Oleh karena itu, kekayaan yang kita miliki sekarang adalah tanggung jawab kita yang harus disikapi dengan tindakan yang bijaksana.

SELAMAT DATANG DI
KOMUNITAS DUTA PARIWISATA MAKASSAR