Didin-Dissa, Wakil Sulsel di PDWI VII di Bali dan Blambangan


Salam pariwisata..!

Seperti yang kita ketahui bersama bahwa Pemilihan Duta Wisata Indonesia (PDWI) tingkat nasional 2012 telah dilaksanakan dengan sukses di Bali dan Blambangan Jawa Timur. Sebagai kompetisi tertinggi untuk pemuda-pemudi di bidang pariwisata, PDWI memiliki peran yang sangat besar dalam mengangkat pariwisata daerah ke permukaan dan saling berbagi dalam mempromosikan dan mensukseskan kegiatan pariwisata. Apalagi sebagai generasi muda, PDWI yang sudah tujuh kali dilaksanakan menjadi ajang berkumpulnya sepasang pemuda terbaik tingkat provinsi dimana pertemuan mereka menjadi pengalaman berharga. Moment indah menjalani karantina, menemukan hal-hal baru, mendapat keluarga baru, menilai kualitas orang merupakan sebagian kecil dari waktu sepekan itu. Memang singkat, namun sepekan yang sibuk telah menjadi waktu yang berharga yang tak bisa dilupakan. Sering kami mendengar bahwa kami tidak akan hilang kemana-kemana, karena ada satu keluarga besar di setiap provinsi seluruh Indonesia.

Untuk tahun 2012 ini, pihak penyelenggara melaksanakannya di dua tempat meski dengan kuantitas peserta yang lebih sedikit, yaitu Bali dan Blambangan, Jatim. Kalau 3 tahun kemarin di Maluku(PDWI IV), ada 21 provinsi yang bertanding. Nah di tahun ini, jumlahnya menurun menjadi 17 provinsi. Akan tetapi cukup representatif dari tiap wilayah Indonesia. Dara daeng Sulawesi selatan yang diwakili oleh Akhmad Muradi Wakhyuddin (Didin) dan Dissa Julia Paputungan merupakan sepasang finalis yang berangkat dari kemenangan mereka berdua di perlombaan tingkat provinsi. Tetapi keduanya merupakan anggota komunitas duta pariwisata Makassar yang membawa nama kota Makassar di pemilihan tingkat provinsi.


Untuk performance, didin dan dissa tidak ragu lagi karena dukungan dari ukm seni tari unhas dan disbudpar Makassar menjadi pertolongan yang sangat baik demi kelancaran proses kompetisi. Dengan mengangkat konsep bugis toraja, dissa dan didin menarikan tarian toraja di cultural performance dan nuansa pengantin bugis yang sangat menawan di Grandfinal. Sebelumnya mereka berdua telah pula mendapatkan pelatihan dan arahan dari beberapa orang alumni PDWI.
 
Meskipun tidak membawa pulang piala, tetapi sepasang pemuda ini telah menampilkan yang terbaik bagi Sulawesi selatan. Persiapan dirasa sangat mantap hanya saja dewi fortuna belum berada di pihak mereka. Akan tetapi sambut dissa di sela kesibukannya sebagai mahasiswa tingkat akhir jurusan hubungan internasional mengatakan (7/2), bahwa pengalaman yang mereka rasakan jauh lebih berharga dan akan menjadi acuan pembelajaran selanjutnya untuk menjadi lebih baik. “kak, peserta dari provinsi lain pintar dan cerdas.” Kata dissa menambahkan.

Untuk tahun ini, lima besar di peroleh Provinsi Aceh di posisi kelima, Banten diposisi keempat. Juara tiga diraih oleh Kalsel, juara dua diraih oleh Gorontalo dan duta wisata diraih oleh jawa tengah. Semenjak PDWI dilaksanakan, kontingen dari Jawa Tengah, merupakan finalis terkuat yang memang memberikan totalitas dari dinas Kebudayaan Pariwisata Provinsinya dan kualitas finalis di atas rata-rata. Melihat keputusan juri, Dissa dan Didin hanya dapat menerima secara lapang dada.  

Tapi satu yang pasti bahwa kompetisi ini adalah proses pembelajaran yang sangat baik bagi perkembangan mental pesertanya. Dimana pengalaman dengan orang baru, situasi baru, kinerja yang sangat disiplin serta memakan waktu akan memberikan pendewasaan untuk bisa menghargai potensi dan kesempatan yang ada. Kami akhirnya bisa sadar bahwa segala upaya ini tidak terbuang percuma selama kita bisa mendapatkan pelajaran dan memberi pencerahan, dan hal itu sudah menjadi satu dari sekian banyak pengalaman dari sepasang yang sangat berbakat dan berprestasi ini. Bulan juni mendatang Didin juga akan mewakili Indonesia dalam kompetisi tari tingkat dunia di Georgia, Eropa Timur. Begitu pula Dissa yang berkutat dengan skripsinya. Tiada hari tanpa kreativitas. Lanjutkan dan good luck teman-teman, ketika satu pintu tertutup, maka aka nada ratusan pintu lain terbuka. Kita hanya perlu berhenti sejenak untuk melanjutkan kreativitas yang tiada batas untuk memilih pintu lain. Selamat belajar…

Jumlah Wiswan ke Makassar Menurun

Jumlah wisatawan mancanegara yang masuk melalui pintu Makassar pada Desember 2012 mencapai 1.405 orang atau menurun 2,43 persen dibandingkan November 2012.

"Jumlah wisman pada November 2012 tercatat sebanyak 1.440 orang. Kondisi itu terjadi pula pada Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel berbintang di Sulsel," kata Kepala BPS Sulsel, Nursam Salam di Makassar, Rabu.

Berdasarkan data BPS Sulsel diketahui, TPK hotel berbintang di Sulsel pada Desember 2012 mengalami penurunan 0,66 poin dibandingkan November 2012 yaitu 49,14 persen pada November 2012 menjadi 48,48 persen pada Desember 2012.

Khusus TPK hotel bintang satu di Sulsel pada Desember 2012, tercatat 46,40 poin atau lebih tinggi dari periode November 2012 yang hanya 35,36 poin.

Sementara rata-rata lama menginap tamu asing dan Indonesia pada hotel berbintang di Sulsel selama Desember 2012 masing-masing adalah 4,24 hari dan 1,78 hari.

Adapun arta-rata lama menginap tamu asing di Sulsel pada Desember 2012 adalah 4,24 hari, sedang rata-rata lama menginap tamu Indonesia pada hotel berbintang di Sulsel yakni 1,78 hari.

"Dari jumlah wisman yang masuk melalui pintu Makassar, didominasi dari Malaysia, Singapura, Perancis, Inggris dan Jerman," kata Nursam.

Dia mengatakan, jumlah wisman dari lima negara tersebut berjumlah 1.022 orang atau sekitar 72,74 persen dari total wisman yang masuk melalui Makassar pada Desember 2012. (Editor : M Yusuf)

sumber: http://makassar.antaranews.com/berita/45076/jumlah-wiswan-ke-makassar-menurun-

Penuhi Kuota RTH, Pemkot Tanam Pohon di Anjungan

Makassar,- Pemerintah Kota (Pemkot) Makassar menyiapkan ratusan bibit pohon untuk memenuhi kuota 20 persen Ruang Terbuka Hijau (RTH) di areal Anjungan Pantai Losari yang juga ditetapkan sebagai space publik atau ruang publik. Rencana ini disampaikan Kepala Badan Perencanaan Pemabangunan (Bappeda) Kota Makassar, Ibrahim Saleh pekan lalu. "Anjungan itu publik space yang harus menyediakan RTH 20 persen dari luas wilayahnya. Ini sudah ketentuan sesuai perundang-undangan dan termuat di Ranperda Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)," kata Ibrahim.

Penyediaan RTH di wilayah anjungan tidak hanya sebagai syarat ketentuan dalam pembangunan publik space namun diharapkan bisa mengurangi suhu panas disiang hari dan juga menambah estetika anjungan, sehingga masyarakat bisa merasa betah meski berkunjung di siang hari. "Fungsi RTH tidak hanya memberikan udara segar namun juga bisa memberi kesejukan di siang hari. Tujuannya agar pengunjung betah dan bisa menambah keindahan terhadap anjungan itu sendiri," tambahnya.

Terpisah, Anggota Komisi C Bidang Pembangunan, Nelson M Kamisi juga sependapat atas rencana pengadaan pohon diareal anjungan. Hanya saja Nelson lebih menyoroti pemilihan bahan lantai anjungan yang dinilainya tidak berbasis lingkungan. Pasalnya lantai anjungan terbuat dari tehel yang bisa menimbulkan bias panas oleh sinar matahari. Sama halnya efek rumah kaca yang menimbulkan bias dan dapat berdampak pada meningkatnya suhu panas bumi.

"Saya sepakat ada RTH disana. Namun yang kami sayangkan, pemilihan bahan lantai anjungan yang menggunakan tehel. Harusnya bahan con block sehingga tidak menimbulkan bias panas matahari dan juga menyerap air jika hujan. Kalau seperti sekarang hujan anjungan malah tergenang air bahkan terlihat licin," sorotnya.(ril/war/C)

sumber: http://bahasa.makassarkota.go.id/index.php/lingkungan-hidup/1016-penuhi-kuota-rth-pemkot-tanam-pohon-di-anjungan

SIARAN PERS: Menparekraf Menyampaikan Visi dan Misi sebagai Calon Dirjen WTO di Hadapan Sidang General Council WTO

Jenewa, 30 Januari 2013 – Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Mari Elka Pangestu selaku salah satu calon Direktur Jenderal World Trade Organization yang dinominasikan oleh Pemerintah Indonesia, telah mendapatkan giliran untuk memaparkan visi dan misinya di hadapan Sidang General Council WTO tanggal 29 Januari 2013 pukul 16.30 s.d 18.30 waktu setempat atau pukul 22.30 – 24.00 (WIB) di Markas Besar WTO di Jenewa, Swiss. Mari Pangestu mendapatkan gilirian presentasi ketiga di sore hari setelah 2 kandidat lainnya yaitu Mr Alan John Kwadwo Kyerematen dari Ghana dan Ms Anabel González dari Costa Rica yang masing-masing mendapatkan giliran presentasi pada pagi dan siang hari.

Di hadapan 157 anggota WTO yang menghadiri sidang, Mari Elka Pangestu menyampaikan pernyataan yang menyentuh kesamaan kepentingan semua anggota. Ia mengingatkan bahwa: “Perdagangan adalah pendorong utama pertumbuhan dan pembangunan ekonomi global serta menciptakan lapangan kerja dan mengurangi kemiskinan, dan dalam hal ini WTO merupakan institusi internasional yang memainkan peran penting dalam memelihara kepercayaan dalam sebuah sistem perdagangan multilateral yang terbuka, adil, berbasis aturan dan seimbang.”

Dalam paparannya, Mari melihat 4 tantangan yang harus dihadapi bersama oleh semua negara anggota WTO, yaitu: 1) Kebutuhan bersama untuk memastikan bahwa perdagangan sebagai mesin pertumbuhan ekonomi dan pencipta lapangan pekerjaan, terutama mengingat ketidakpastian global. Ini berarti bahwa semua negara mesti terus menjaga kepercayaan dan komitmen dalam sebuah sistem perdagangan multilateral yang terbuka, adil, berbasis aturan dan seimbang. 2) Setiap negara tanpa kecuali menghadapi kenyataan maupun persepsi bahwa proses pembukaan pasar yang telah terlaksana belum tentu memberikan manfaat setara kepada semua, baik antar negara atau dalam kelompok, wilayah maupun sektor lain dalam suatu negara. 3) Dunia telah menjadi tempat yang berbeda dibandingkan dengan ketika kita mulai mempersiapkan putaran Doha. WTO memiliki lebih banyak anggota dan negara-negara telah berkembang dengan kecepatan yang berbeda. Dunia saat ini seperti memiliki mesin pertumbuhan multipolar dan perbedaan tingkat pembangunan – dari yang perekonomian yang kurang berkembang sampai dengan yang bangkit dengan cepat (emerging econmies). 4) WTO masih menjadi forum utama untuk negosiasi multilateral, namun kini masih berusaha untuk menyelesaikan perundingan Doha selama lebih dari 10 tahun. Sehingga kita masih perlu mencari konsensus, optimisme dan mengumpulkan dukungan untuk menyelesaikannya dan bagaimana caranya agar WTO tetap relevan dan kredibel di tengah-tengah perjanjian bilateral dan regional yang ada.


Untuk menghadapi keempat tantangan bersama tersebut, Mari Pangestu menawarkan 5 solusi sebagai berikut:
1)    WTO lebih dari Doha. Dalam hal ini, Dirjen WTO harus melayani anggotanya, serta berfungsi sebagai penjaga dari sistem perdagangan multilateral. Kerangka kerja berbasis aturan (rules based) dan proses penyelesaian sengketa (dispute settlement) WTO telah menguntungkan semua anggota, baik dari perekonomian besar atau kecil, maju atau berkembang, lemah maupun kuat. Oleh karena itu, kita harus terus memperkuat kerangka kerja yang berbasis aturan bagi WTO dan proses penyelesaian sengketa untuk kepentingan semua anggotanya.
2)    Kita harus mengakui bahwa sementara keterbukaan yang lebih besar telah terbukti menjadi mesin yang luar biasa untuk pertumbuhan ekonomi, tetapi di lain pihak juga telah menciptakan tantangan-tantangan baru bagi negara, perusahaan dan manusia di seluruh dunia. WTO harus tetap menjadi lembaga utama untuk mewujudkan visi perdagangan dan pembangunan untuk kepentingan kolektif dari semua anggotanya.
3)    Kita harus bergerak maju untuk menyelesaikan putaran Doha karena dampaknya akan tetap positif bagi perekonomian dunia termasuk negara-negara sedang berkembang, dan merupakan stimulus ekonomi yang tidak memerlukan pengeluaran dana.  Untuk memajukan perundingan kita harus pragmatis dan bekerja keras untuk menghasilkan hasil awal (early harvest) saat pertemuan Tingkat Menteri ke-9 di Bali pada bulan Desember, tanpa melupakan tujuan besar yaitu paket Doha yang lengkap. 
4)    Proses pembukaan pasar dan integrasi ekonomi yang berkembang dibawah perjanjian bilateral dan regional adalah langkah yang baik dan tidak harus merupakan alternatif atau tantangan kepada sistem multilateral, selama kita berpegang pada prinsip bahwa proses regionalisme yang konsisten dan bahkan komplementer kepada sistem multilateral.
5)    Bagaimana seharusnya kita dapat lebih baik mengelola WTO sebagai institusi multilateral. Dalam hal ini, perubahan dan reformasi harus dilihat sebagai sebuah proses bukan hasil. Bila terpilih menjadi Dirjen WTO Mari menyatakan akan fokus untuk menjadi manajer yang baik dalam mengelola sumber daya WTO untuk memastikan bahwa pelayanan pada semua anggota dapat berjalan optimal. Mari mengibaratkan Dirjen seperti seorang "Jenderal" dan ia memiliki seluruh tim dan tentara yang efektif untuk digunakan dalam mendukung pekerjaannya untuk melakukan pelayanan terbaik bagi anggotanya.

Di akhir paparannya, Mari juga menceritakan secara singkat latar belakang pendidikan, dan 25 tahun pengalamannya baik di bidang akademik, lembaga penelitian, pejabat publik dan pemerintahan, organisasi internasional, negosiasi baik di tingkat bilateral, regional, maupun multilateral, yang kesemuanya sangat berkaitan dengan perdagangan internasional.  Mari Pangestu juga menegaskan bahwa Indonesia sebagai emerging nation telah selalu menyumbang di fora global sebagai anggota G20 dan di forum WTO sebagai koordinator G33 dan anggota di G20, Cairns Group, NAMA 11 dan Green Room.  Dengan pengalaman sebagai negotiator dan koordinator G33 dan pengalaman di ASEAN, yang harus menjembatani negara dengan tingkat pembangunan yang berbeda dan posisi yang sangat bervariasi, Mari Pangestu siap menyumbang kepada lembaga WTO sebagai Direktur Jenderal yang akan bekerja keras sebagai jembatan antara 157 anggota dalam mencari konsensus yang win-win dan menjaga kepercayaan terhadap WTO sebagai lembaga yang akan menjaga sistem perdagangan multilateral yang terbuka, adil, inklusif, berimbang dan berdasarkan aturan.

Sumber: http://www.budpar.go.id/asp/detil.asp?id=2061

Ada Yang Baru di LOSARI

Salam Pariwisata...

Pembaca Dutapariwisatamakassar, kalian sudah tahu kan kalau pantai losari telah diperindah sedemikian rupa sehingga melahirkan anjungan baru yang patut anda kunjungi. Yah.. tepat di sebelah kiri Anjungan lama, terdapat Anjungan baru yang asri, nyaman dan romantis. Cukup luas untuk dikelilingi, tetapi masih berada di pantai Losari. Di sana terdapat situs wisata baru  yang menjadi landmark kota Makassar. Ada masjid, tugu, patung tokoh, dll. kini anda bisa nikmati penyatuan konsep wisata yang sangat beragam sehingga anda bisa sedikit tahu kesenian, budaya tokoh besar yang membangun Makassar menjadi seperti ini. Tentunya membuat anda tidak sabar jalan-jalan sore di pantai losari kan??ayo kita intip sekilas tentang anjungan pantai losari.
 Masjid Amirul Mukminin
 Berada di sebelah selatan anjungan, telah hadir Masjid Amirul Mukminin. Sebuah situs baru yang hadir sebagai kolaborasi konsep wisata dan religi di Makassar. Masjid ini resmi dilaunching oleh Walikota Makassar, Ilham Arif Sirajuddin pada Maret 2012 lalu. Sebuah masjid dengan konsep terapung dilengkapi dengan 164 tiang pemancang, menjadi pilihan baru wisata religi di Makassar, selain Masjid Al-Markaz dan Masjid Raya.
Di masjid ini, anda ditawarkan dengan inovasi arsitektur yang modern minimalis tetapi indah. Terdiri atas tiga lantai dengan dua menara dan dua kubah. Warna biru, abu-abu dan putih menjadi tema dasar dari masjid ini, seakan-akan menyatu dengan birunya laut dan langit makassar, sebuah konsep penyatuan dengan alam. Untuk menuju ke masjid apung, kita harus melewati jembatan indah yang ditanami pohon ditengah-tengahnya. Sehingga icon Makassar ini tidak lepas dari sentuhan green yang menjadi komitmen pemerintah Makassar. 

Sebagai situs yang memadukan wisata dan religi, kita bisa merasakan keduanya dalam satu moment sekaligus. Tak ayal lagi, pesona arsitektur di bibir pantai ini membuat decak kagum dan perasaan bahagia. Apalagi ketika suara adzan berkumandang, pengunjung yang bertandang ke rumah Allah, kini tidak hanya beribadah, tapi juga menikmati panorama pantai losari. Di siang hari kita bisa merasakan sejuk pantai dengan angin sepoi-sepoi. Sedangkan di waktu sunset, pengunjung akan merasakan kilauan sunset yang jingga bertabur di permukaan laut. Jalan-jalan anda menjadi semakin bermakna ketika bilasan air wudhu menjadi pelengkap kunjungan wisata anda. 

Patung Tokoh Sulawesi Selatan
Di anjungan ini juga, berjalan sedikit anda akan ditawarkan dengan konsep wisata edukasi yang sangat bermakna. Sebanyak 19 patung setengah badan dan 3 patung utama yang memenuhi seluruh anjungan. Ke 19 patung tokoh ini merupakan situs tokoh-tokoh ternama yang ada di Sulawesi selatan. Salah satunya Patung Sultan Hasanuddin yang merupakan pahlawan nasional Indonesia yang dijuluki Belanda, “De Haantjes van Het Oosten” bermakna Ayam Jantan dari Timur. Selain Sultan Hasanuddin, beberapa tokoh lain seperti Arung Palakka, Andi Sultan Daeng Raja, Andi Lasinrang, L.S. Madukelleng, Ranggong Daeng Romo, Jenderal M. Yusuf, Andi Pangeran Pettarani, Karaeng Patingaloang, Mayor Jenderal A. Mattalata, Pongtiku, dan Andi Djemma juga memenuhi seluruh anjungan. Sangat baik bagi anak-anak yang sedikit lupa mengenai perjuangan pahlawan kita di masa lalu. 


Tiga patung lain yaitu patung pa’raga, becak dan pemain pepe’-pepe’ka Ri Makka merupakan cerminan budaya Makassar yang unggul sejak dulu. Pa’raga adalah pemain raga (takraw) yang menjadi olah raga tradisional dari Sulawesi selatan. Pemainnya terkenal handal bahkan berprestasi hingga di tournament internasional. Sedangkan dalam kemasan tradisional, pa’raga bisa memainkan raga dengan sangat lihai bahkan hingga membentuk formasi 3 tingkatan, dimana pemain raga memainkannya di ketinggian 10 meter tanpa menjatuhkan bola. Menyaksikan atraksi budaya ini menjadi moment tak terlupakan dan mengundang decak kagum bagi seluruh pengunjung yang melihatnya. Kesenian inipula yang membawa UKM Seni Tari Unhas sebagai peraih honorable mention prize lomba tari tingkat dunia di Turkey.

Pepe’pepe’ka Ri Makka beda lagi. Permainan api dengan diiringi syahdunya musik Makassar menjadi situs baru yang kedua. Dimana atraksi budaya ini masih sering ditampilkan dengan maksud hiburan bagi pengunjung dimana penarinya (keseluruhan pria) bermain api. Penari menunjukkan kebolehannya dengan bertahan tanpa terbakar oleh api. Meskipun sudah dipenuhi oleh obor yang memiliki kobaran api yang sangat besar. Disinilah letak eksotisme Makassar yang tiada duanya di Indonesia. 




City of MAKASSAR STATUE
Selain masjid dan patung tokoh, terdapat beberapa tulisan yang berdiri kokoh di bibir pantai. Ada tulisan MAKASSAR, BUGIS dan CITY OF MAKASSAR. Kehadiran tugu ini menjadi saksi kebesaran suku bugis-makassar yang sudah terkenal gaungnya di Indonesia dan dunia internasional. Sebagai sebuah suku yang mendiami sejumlah besar kerajaan di Sulawesi selatan, suku bugis-makassar yang terkenal sebagai pelaut dan pedagang handal telah memberikan kontribusi besar pada perkembangan peradaban Sulawesi selatan dan Indonesia. Apresiasi ini tidak terbatas pada rasial melainkan kepada upaya untuk mematenkan bahwa Makassar menjadi tanah asal (indigenous land) bagi kedua suku besar bangsa Indonesia. Kehadiran tiga tugu besar ini menjadi upaya perkenalan pada Kebudayaan adiluhung yang masih dipertahankan, yaitu sipakainge, sipakalebbi dan sipakatau yaitu saling mengingatkan, saling menghargai dan menghormati. Komitmen ini yang menjadi pedoman orang bugis-makassar. 



Inilah gambaran kecil dari keindahan anjungan baru yang ada di pantai losari. Silakan datang sendiri dan nikmati panorama alamnya. Ada banyak cerita dan moment bahagia yang menunggu anda di kawasan ini. karena Makassar sebagai the new travel destination in Indonesia tidak kalah dengan yang lain, dan masih banyak gebrakan lain yang akan hadir. Salah satunya adalah ISTANA NEGARA…
Wow….
Tunggu kehadirannya…

Industri Kreatif, Basis Pengembangan Pariwisata Indonesia

Saat ini, merupakan periode pengembangan ekonomi Indonesia berbasis Industri Kreatif, yaitu sekumpulan aktivitas ekonomi yang terkait dengan penciptaan atau penggunaan pengetahuan dan informasi. Industri ini memang baru diterapkan di Indonesia namun sudah dikenal di beberapa belahan dunia lain dengan sebutan yang berbeda. Seperti di Eropa dikenal dengan Industri Budaya dan beberapa negara lain menyebutnya sebagai Ekonomi Kreatif. Ide pokok dari Industri kreatif ini sebenarnya pemberdayaan manusia dengan kreativitas yang tinggi dan inovasi yang melahirkan sebuah kekuatan untuk mengubah dan memberikan kesejahteraan kepada masyarakat.

Komponen-komponen di dalamnya sendiri terdiri dari periklanan, arsitektur, seni, kerajian, design, fashion, musik, dll. Kalau melibat lebih lanjut, pariwisata Indonesia juga tentunya saling berkaitan dengan Industri Kreatif, karena kreativitas manusia Indonesia telah melahirkan berbagai mahakarya yang menjadi daya tarik utama wisatawan mancanegara. Sebut saja budaya Bali, arsitektur bangunan Rumah-rumah adat di seluruh Indonesia, Tari dan musik tradisional, local wisdom dan masih banyak lagi. Semua itu adalah kekayaan bangsa yang menjadi daya pikat utama dalam hal pariwisata Indonesia. Oleh karena itu terdapat 15 Sub-Sektor Industri Kreatif Indonesia yang menjadi Visi ekonomi Indonesia hingga 2025 mendatang.

Sub-sektor yang merupakan industri berbasis kreativitas di Indonesia berdasarkan pemetaan industri kreatif yang telah dilakukan oleh Departemen Perdagangan Republik Indonesia adalah:
  1. Periklanan: kegiatan kreatif yang berkaitan jasa periklanan (komunikasi satu arah dengan menggunakan medium tertentu), yang meliputi proses kreasi, produksi dan distribusi dari iklan yang dihasilkan, misalnya: riset pasar, perencanaan komunikasi iklan, iklan luar ruang, produksi material iklan, promosi, kampanye relasi publik, tampilan iklan di media cetak (surat kabar, majalah) dan elektronik (televisi dan radio), pemasangan berbagai poster dan gambar, penyebaran selebaran, pamflet, edaran, brosur dan reklame sejenis, distribusi dan delivery advertising materials atau samples, serta penyewaan kolom untuk iklan. Kode KBLI (Klasifikasi Baku Lapangan Usaha) 5 digit; 73100
  2. Arsitektur: kegiatan kreatif yang berkaitan dengan jasa desain bangunan, perencanaan biaya konstruksi, konservasi bangunan warisan, pengawasan konstruksi baik secara menyeluruh dari level makro (Town planning, urban design, landscape architecture) sampai dengan level mikro (detail konstruksi, misalnya: arsitektur taman, desain interior). Kode KBLI (Klasifikasi Baku Lapangan Usaha) 5 digit; 73100
  3. Pasar Barang Seni: kegiatan kreatif yang berkaitan dengan perdagangan barang-barang asli, unik dan langka serta memiliki nilai estetika seni yang tinggi melalui lelang, galeri, toko, pasar swalayan, dan internet, misalnya: alat musik, percetakan, kerajinan, automobile, film, seni rupa dan lukisan.
  4. Kerajinan: kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi, produksi dan distribusi produk yang dibuat dihasilkan oleh tenaga pengrajin yang berawal dari desain awal sampai dengan proses penyelesaian produknya, antara lain meliputi barang kerajinan yang terbuat dari: batu berharga, serat alam maupun buatan, kulit, rotan, bambu, kayu, logam (emas, perak, tembaga, perunggu, besi) kayu, kaca, porselin, kain, marmer, tanah liat, dan kapur. Produk kerajinan pada umumnya hanya diproduksi dalam jumlah yang relatif kecil (bukan produksi massal).
  5. Desain: kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi desain grafis, desain interior, desain produk, desain industri, konsultasi identitas perusahaan dan jasa riset pemasaran serta produksi kemasan dan jasa pengepakan.
  6. Fesyen: kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi desain pakaian, desain alas kaki, dan desain aksesoris mode lainnya, produksi pakaian mode dan aksesorisnya, konsultansi lini produk fesyen, serta distribusi produk fesyen.
  7. Video, Film dan Fotografi: kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi produksi video, film, dan jasa fotografi, serta distribusi rekaman video dan film. Termasuk di dalamnya penulisan skrip, dubbing film, sinematografi, sinetron, dan eksibisi film.
  8. Permainan Interaktif: kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi, produksi, dan distribusi permainan komputer dan video yang bersifat hiburan, ketangkasan, dan edukasi. Subsektor permainan interaktif bukan didominasi sebagai hiburan semata-mata tetapi juga sebagai alat bantu pembelajaran atau edukasi.
  9. Musik: kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi/komposisi, pertunjukan, reproduksi, dan distribusi dari rekaman suara.
  10. Seni Pertunjukan: kegiatan kreatif yang berkaitan dengan usaha pengembangan konten, produksi pertunjukan (misal: pertunjukan balet, tarian tradisional, tarian kontemporer, drama, musik tradisional, musik teater, opera, termasuk tur musik etnik), desain dan pembuatan busana pertunjukan, tata panggung, dan tata pencahayaan.
  11. Penerbitan dan Percetakan: kegiatan kreatif yang terkait dengan penulisan konten dan penerbitan buku, jurnal, koran, majalah, tabloid, dan konten digital serta kegiatan kantor berita dan pencari berita. Subsektor ini juga mencakup penerbitan perangko, materai, uang kertas, blanko cek, giro, surat andil, obligasi surat saham, surat berharga lainnya, passport, tiket pesawat terbang, dan terbitan khusus lainnya. Juga mencakup penerbitan foto-foto, grafir (engraving) dan kartu pos, formulir, poster, reproduksi, percetakan lukisan, dan barang cetakan lainnya, termasuk rekaman mikro film.
  12. Layanan Komputer dan Piranti Lunak: kegiatan kreatif yang terkait dengan pengembangan teknologi informasi termasuk jasa layanan komputer, pengolahan data, pengembangan database, pengembangan piranti lunak, integrasi sistem, desain dan analisis sistem, desain arsitektur piranti lunak, desain prasarana piranti lunak dan piranti keras, serta desain portal termasuk perawatannya.
  13. Televisi dan Radio: kegiatan kreatif yang berkaitan dengan usaha kreasi, produksi dan pengemasan acara televisi (seperti games, kuis, reality show, infotainment, dan lainnya), penyiaran, dan transmisi konten acara televisi dan radio, termasuk kegiatan station relay (pemancar kembali) siaran radio dan televisi.
  14. Riset dan Pengembangan: kegiatan kreatif yang terkait dengan usaha inovatif yang menawarkan penemuan ilmu dan teknologi dan penerapan ilmu dan pengetahuan tersebut untuk perbaikan produk dan kreasi produk baru, proses baru, material baru, alat baru, metode baru, dan teknologi baru yang dapat memenuhi kebutuhan pasar; termasuk yang berkaitan dengan humaniora seperti penelitian dan pengembangan bahasa, sastra, dan seni; serta jasa konsultansi bisnis dan manajemen.
  15. Kuliner: kegiatan kreatif ini termasuk baru, kedepan direncanakan untuk dimasukkan ke dalam sektor industri kreatif dengan melakukan sebuah studi terhadap pemetaan produk makanan olahan khas Indonesia yang dapat ditingkatkan daya saingnya di pasar ritel dan passar internasional. Studi dilakukan untuk mengumpulkan data dan informasi selengkap mungkin mengenai produk-produk makanan olahan khas Indonesia, untuk disebarluaskan melalui media yang tepat, di dalam dan di luar negeri, sehingga memperoleh peningkatan daya saing di pasar ritel modern dan pasar internasional. Pentingnya kegiatan ini dilatarbelakangi bahwa Indonesia memiliki warisan budaya produk makanan khas, yang pada dasarnya merupakan sumber keunggulan komparatif bagi Indonesia. Hanya saja, kurangnya perhatian dan pengelolaan yang menarik, membuat keunggulan komparatif tersebut tidak tergali menjadi lebih bernilai ekonomis.
*Berbagai Sumber

Pengembangan Pariwisata Indonesia

Penulis:Nurul Azizah

Pariwisata memiliki peran penting dalam peningkatan pendapatan suatu daerah atau negara. Selain itu ia juga menjadi salah satu cara untuk memperkenalkan kebudayaan suatu daerah ke daerah lainnya. Industri pariwisata juga memberi andil dalam pembangunan sosial dan ekonomi, baik itu di Negara maju maupun berkembang

Indonesia merupakan daerah potensial untuk maju dan berkembang dari sektor pariwisata karena Indonesia menawarkan tempat–tempat indah untuk dijadikan objek wisata unggulan. Luas wilayah yang termasuk dalam salah satu Negara terbesar di dunia ditambah dengan kondisi alam yang luar biasa menakjubkan menjadikan Indonesia sebagai Negara yang wajib dikunjungi oleh para wisatawan, baik domestik maupun mancanegara.

Sayangnya, jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Indonesia pada Juli 2012 turun 5,94 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu, yakni 745.500 menjadi 701.200 (Kompas.com/edisi 3 September 2012). Keterangan dari Kepala Badan Pusat Statistik, Suryamin, mengatakan bahwa penurunan ini terjadi mungkin dikarenakan memang terjadi pada bulan puasa lalu dan mendekati perhelatan olimpiade dan krisis Eropa yang masih berlanjut. Hanya saja jika dibandingkan Juni 2012 malah naik tipis sebesar 0,82 persen.

Tentu hal ini membuat kita berpikir keras bagaimana untuk menaikkan angka kunjungan wisatawan terutama yang berasal dari mancanegara untuk berkunjung ke Indonesia. Strategi pemasaran dan peningkatan sarana prasarana serta pemeliharaan tempat wisata yang dilakukan oleh Kementerian Budaya dan Pariwisata harus lebih digenjot. Meskipun dalam hal ini peran pemerintah pusat lebih kepada bagaimana memasarkan, pihak swasta dan daerah juga seharusnya bahu membahu.

Dalam UU No 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan, pasal 41 ayat 1 menegaskan tugas Badan Promosi Pariwisata untuk meningkatkan pencitraan pariwisata. Oleh karena itu, pemerintah perlu mengevaluasi sejauh mana pencitraan mengenai Indonesia sudah dilakukan oleh badan ini.

Mari melongok ke Negara Asia Timur yang saat ini menjadi salah satu tujuan wisata utama dunia, terutama kawasan Asia. Korea Selatan mendapat kunjungan oleh wisatawan mancanegara sekitar 5,3 juta per tahun, diungguli oleh Republik Rakyat Cina dengan 30 juta wisatawan per tahun. Bagaimana dengan Indonesia?

Naiknya kunjungan wisatawan ke Korea Selatan merupakan salah satu efek dari Korean Wave yang sekarang sedang melanda kawasan Asia, tak ketinggalan Indonesia. Korean wave ini menarik minat masyarakat di Asia khususnya untuk melancong ke sana. Masyarakat Indonesia pun banyak yang ingin mengunjungi Negara tersebut karena ketertarikan mereka salah satunya pada tempat–tempat yang dilihat dalam drama dan film dari Korea Selatan.
Penulis mengakui kepiawaian pemain industri hiburan di Korea Selatan dalam memproduksi drama dan film yang tak hanya booming di negaranya sendiri, tapi juga di Negara lainnya. Ada apa dengan drama dan film tersebut sehingga menjadi magnet bagi masyarakat dunia untuk berkunjung ke Korea Selatan?

Sebelumnya mari kita lihat indutri hiburan di Negara kita, Indonesia, yang didominasi dengan hal–hal yang tidak mendidik. Sinetron Indonesia muncul dengan tema–tema cinta remaja berlebihan dan tidak sesuai dengan usia. Kemudian, kebencian yang begitu mendalam, dengki, perebutan harta, balas dendam, adegan yang tak layak tayang, pergaulan laki – laki dan perempuan yang tanpa batas, lokasi syuting yang hanya berkutat di tempat – tempat mewah menjadi sajian bangsa ini setiap hari.

Lalu Negara mana yang mau mengkonsumsi sinetron–sinetron tanpa akhlak tersebut? Beberapa stasiun televisi di Malaysia membuat langkah yang salah dengan menayangkan ini di negaranya. Sinetron yang bahkan harusnya tak layak ditonton oleh bangsanya sendiri.

Lalu bagaimana dengan industri perfilman? Ironis. Didominasi oleh fitnah sarat SARA, hal – hal mistik yang hanya butuh biaya sedikit tapi mendapat keuntungan besar karena ada orang – orang bodoh yang rela antri untuk menontonnya. Tak banyak film yang berkualitas apalagi yang mengambil lokasi syuting di tempat – tempat wisata.
Lalu bagaimana Korea Selatan, Negara kecil yang hingga hari ini masih belum berbaikan dengan ‘saudaranya’ di Utara?

Salah satu keunggulan drama Korea yang digandrungi oleh masyarakat hari ini terletak di lokasi syutingnya. Banyak drama Korea yang menjadikan tempat – tempat wisata mereka sebagai lokasi syuting. Efeknya, tempat – tempat tersebut menjadi objek wisata yang paling banyak dikunjungi oleh wisatawan, baik domestic maupun asing.
Lokasi syuting drama Winter Sonata (2002) di Pulau Nami membuat kunjungan ke pulau tersebut yang sebelumnya hanya 200.000 meloncat menjadi 1,6 juta kunjungan di tahun 2010. Pulau Jeju yang menjadi lokasi favorit untuk pengambilan drama di Korea Selatan. Di antaranya Boys Before Flower (BBF), Secret Garden, Dae Jang Geum, Thank You dan beberapa drama lain yang kita ketahui sangat booming di Indonesia. Bahkan Museum Teddy Bear makin banyak dikunjungi karena drama Princess Hours (Goong). Tak hanya itu, N Seoul Tower juga menjadi salah satu objek wisata favorit setelah kemunculannya di drama BBF dan Goong.

Selain lokasi syuting, alur cerita yang ditawarkan pun tidak berbelit – belit dengan jumlah episode yang minimalis. Selain itu, tema percintaan yang disajikan juga tidak berlebihan dan kadang disisipi dengan masalah sosial politik di Negara itu seperti drama King Two Hearts (2012). Kemudian, tak ketinggalan drama – drama produksi Korea Selatan juga memperlihatkan kebudayaan Negeri Ginseng tersebut yang terlihat dari drama seperti Dae Jang Geum, Hwang Ji Ni, Dong Yi dan drama lainnya yang menggambarkan Korea di zaman Joseon.

Kekuatan inilah menjadikan Korea Selatan sangat menarik untuk dikunjungi. Lokasi dan sejarah yang mencerminkan kebudayaan Korea Selatan di drama TV. Kedua hal ini yang belum kita temukan di sinetron maupun film di Indonesia.

Penulis berharap, pemerintah mampu mendorong industri hiburan untuk menghasilkan hiburan – hiburan yang dapat dijual di Negara lain. Hiburan yang menggambarkan Indonesia seutuhnya dari segi geografis maupun sejarah besar bangsa ini. Untuk para pemilik industri hiburan harapan besar itu selalu ada. Mereka yang berkecimpung di dunia hiburan penulis yakini mampu memberikan gambaran tentang Indonesia. Bukan lagi tentang hal – hal SARA sarat kontroversi hingga hal mistik yang tak masuk akal, melainkan pencitraan Indonesia sebagai Negara yang aman, indah dan berbudaya.

sumber: http://haluankepri.com/opini-/35210-pengembangan-pariwisata-indonesia.html

MENJAGA PARIWISATA INDONESIA SEBAGAI NILAI JUAL BANGSA



Baru-baru ini kompas telah merilis berita mengenai kenaikan kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Indonesia sebesar 5, 16 % yaitu mencapai 8.044.462 orang. Data ini dikutip di harian Kompas dari UNWTO (United Nations World Tourism Organization). Jumlah tersebut merupakan akumulasi kedatangan pada bulan Januari hingga Desember 2012. Angkat tersebut melebihi pencapaian sebelumnya di tahun 2011, sehingga dengan kenaikan kunjungan tersebut menjadi prestasi yang membanggakan bagi seluruh Indonesia. Terlelbih pada Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif yang dikomandoi oleh Ibu Marie Elka Pangestu. Bukan itu saja, sebelumnya Indonesia meraih  Go Asia Award tahun 2012 di Berlin, dengan menjadi destinasi favorit ketiga setelah Thailand dan Singapura.

Hal tersebut tidak mengejutkan mengingat komitmen pemerintah Indonesia untuk menggelar berbagai program dan kunjungan wisata di banyak daerah. Sebut saja Visit Lombok 2012, Visit Sulawesi 2012, Visit Banda, Visit Babel 2009, Visit Makassar and Beyond2011-2014 dan masih banyak lagi. Program tersebut tentunya memiliki andil yang relatif besar demi mencapai target kunjungan wisatawan yang terus meningkat. Betapa tidak, orang-orang dan pemerintah daerah tentunya sudah tahu persis potensi wisata yang bisa dikembangkan dari daerah masing-masing. Selain tentu saja yang paling mengetahui potensi masing-masing daerah adalah pemerintah daerah. Sehingga kucuran dana dari pemerintah pusat merupakan modal untuk membuktikan sendiri, kemampuan pengelolaan otonom pemerintah masih bisa diperhitungkan.

Selain itu, tren wisatawan abad ke 21 yang mengarah pada wisata alam dan budaya dengan ciri conservationist dengan melihat kebutuhan wisata pada alam dan budaya yang dapat menyegarkan pikiran bagi wisatawan. Dan seperti kita ketahui bahwa Indonesia dengan keragaman alam dan budayanya menjadi warisan tak ternilai yang harus dijaga, diwariskan dan dieksplorasi sehingga tidak hanya eksis dikemudian hari, tapi juga memberikan nilai beneficial kepada masyarakatnya. Sebut saja upacara-upacara yang secara ritual dilaksanakan setiap tahun, 2 tahun, oleh local people di dalamnya. Tentunya pemerintah harus berpikir bagaimana caranya bisa mempromosikan keunikan tersebut, tapi ada kepuasan di dalamnya. Baik dari segi materil apalagi moril. Apalagi upacara-upacara adat memakan biaya yang sangat besar, seperti Rambu Solo yang bisa menghabiskan miliyaran untuk sekali acara. Jangan sampai hal itu lewat terbiarkan saja tanpa ada keuntungan timbal balik bagi masyarakat. Itulah pentingnya pariwisata yang ter-organize dengan baik.

Selain itu dengan jumlah penduduk Indonesia terbesar keempat di dunia, tentunya menjadi pasar yang sangat baik bagi industry hiburan tanah air dan mancanegara. Artis-artis ternama dunia menjadikan Indonesia sebagai negara yang tidak bisa dilewatkan dalam tour dunianya. Oleh karena itu, kemunculan industri-industri organizer akan sangat baik ke depan, untuk bisa mengelola konser bagi Indonesia. Dan tentunya peluang untuk mendatangkan wisatawan negara tetangga yang tidak kebagian konser, akan sangat baik sebagai tambahan kunjungan wisatawan sehingga perkembangan interaksi dalam dunia pariwisata Indonesia menjadi semakin kompleks dan dinamis.

Hanya saja Indonesia dinilai masih perlu untuk mencari strategi baru untuk terus mempromosikan tempat wisata andalan. Seperti dengan mengoptimalkan kemajuan teknologi virtual Internet. Promosi wisata online dirasakan telah menjadi alat yang utama untuk menarik wisatawan dengan biaya yang relatif murah. Seperti menggunggah video pariwisata di youtube merupakan solusi cerdas dalam meningkatkan kunjungan wisatawan. Karena dengan mudah, calon wisatawan biasanya search di internet, untuk menentukan daerah mana yang harus mereka kunjungi di musim liburannya. Akan tetapi hal ini masih belum diaplikasikan matang oleh pemerintah. Dan ini salah satu catatan penting bagaimana kedepan Indonesia harus lebih gencar mempromosikan Indonesia dengan cara yang mudah dan biaya yang murah.

Selain itu pemeliharaan tempat wisata menjadi sangat penting. Betapa mengejutkan jika wisatawan masih merasakan sulitnya mendapatkan toilet yang bersih, bangunan yang tidak terawat, fasilitas ibadah, dan masih banyaknya sampah yang berseliweran di tempat-tempat wisata. Untuk kasus Benteng Rotterdam, saat ini pemeliharaan gedung sudah sedemikian baik, namun tidak diikuti dengan pemelihaan toilet yang masih terkesan jorok. Hal itu juga terjadi di banyak tempat wisata di seluruh Indonesia. Alokasi pemeliharaan yang kurang ditambah dengan budaya setempat yang belum menghargai kebersihan menjadi daftar panjang PR pariwisata kita. Sungguh ironis memang, karena hal itu hampir terjadi di semua objek wisata di Indonesia. Potensi wisata yang maha besar seperti Indonesia kalau tidak dikelola dengan baik, tentunya tidak akan berbuah maksimal.

Mari kita melihat tetangga kita misalnya, Singapura yang menjadi negara bersih dengan fasilitas Toilet, rest room atau kamar kecil yang bagus. Objek wisata yang tidak sebanyak kita, bisa dipoptimalkan dengan baik. Dikonsep dan dirancang semenarik mungkin, sehingga wisatawan datang berbondong-bondong. Padahal wilayahnya hanya seperempat pulau Madura. Begitu juga dengan Jepang yang sudah diketahui sangat bersih dan peduli akan pemeliharaan toilet kini saatnya, hal sekecil ini tidak boleh dibiarkan pemerintah dan masyarakat kita untuk terus sadar peran sadar posisi. Bahwa wisatawan membutuhkan kenyamanan atau biasanya dikenal dengan sapta pesona yaitu, 7 pesona destinasi wisata yaitu: aman, nyaman, bersih, rindang, tertib, dll.
Sebagai negara dengan tujuan wisata terfavorit di Asia kita harus berbangga dan mengupayakan untuk melakukan perubahan sehingga kita bisa mempertahankan citra baik di dunia internasional. Apalagi dengan pertumbuhan wisatawan yang mencapai 1.035 miliyar di tahun 2012 oleh UNWTO, setidaknya kita bisa merasakan keuntungan dibalik kunjungan wisatawan tersebut. Karena aktivitas pariwisata tak lain akan memberikan percikan kehidupan bagi masyarakat Indonesia. Jadi jagalah warisan budaya, alam seperti pantai, lembah, bukit dan danau dan segala instrument di dalamnya karena hal tersebut merupakan nilai jual pariwisata Indonesia di dunia internasional.

*Berbagai Sumber

SELAMAT DATANG DI
KOMUNITAS DUTA PARIWISATA MAKASSAR