Kondisi Tanjung Bira Sangat Memperihatinkan

Masalah lingkungan akan tetap menjadi isu utama pada tahun 2012 ini. Karena dampak yang diberikan oleh aktornya terhadap kehidupan manusia dan kelangsungan ekosistem itu sendiri. Dan kerusakan lingkungan berdampak pada berbagai sektor  kehidupan, termasuk pariwisata. Karena lingkungan yang rusak akan memberikan ancaman keamanan bagi wisatawan, keindahan dari objek tersebut yang mengakibatkan kerugian bagi masyarakat karena menurunnya jumlah wisatawan.

Hal itu terjadi pada tanjung bira, sebuah tujuan wisata terkemuka di sulawesi selatan dengan pasir putih yang indah serta panorama alam yang mempesona. Tanjung bira menyajikan keindahan alam yang memikat hati wisatawan lokal maupun mancanegara. Kunjunganku kali ini merupakan yang pertama dan harus menerima kenyataan pahit, banyak sekali sampah laut yang terhampar di sepanjang pantai pasir putihnya. Terdapat banyak sampah botol dan kaleng, sisa rumput, pohon, dan organisme laut yang mati menjadi sampah yang sangat tidak mengenakkan. Merupakan kesan pertama yang tidak menyenangkan di tempat tersebut, meski jalanan masuk yang asri sudah menjanjikan nuansa alam yang indah di pantai itu.

Kamipun menghampiri salah seorang yang berada di pangkal pantai yang merupakan petugas kebersihan dari pantai tanjung bira. Dan wawancarapun berlanjut mengenai kondisi tanjung bira yang kotor. Berdasarkan penuturannya bahwa sampah ini merupakan sampah kiriman dari pulau dan daerah seberang akibat terjadinya angin musim barat. Angin itu berhembus mengarah ke sisi pantai yang mengakibatkan sampah yang berada di tengah laut akan tersapu menuju tanjung bira. Bukan kerusakan lingkungan katanya. Tetapi yang namanya kebersihan merupakan tanggung jawab kita bersama dan tidak bisa dibiarkan begitu saja. Kemudian rumput laut dan karang2 yang hancur yang sedemikian banyak itu tidak mungkin terjadi kalau bukan ulah nelayan yang melakukan pengeboman. Suatu ciri dari masih terjadinya praktik menangkap ikan yang merusak.

Wawancarapun berlanjut, salah satu hal yang menyulitkan mereka karena jumlah tenaga kebersihan yang sangat kurang. Mereka hanya berjumlah 2 orang yang semuanya sudah berumur di atas setengah abad. Yang tidak mampu lagi berbuat maksimal dalam hal kebersihan. Kemudian upah pun tidak seberapa. Bahkan yang sangat parah adalah karena petugas kebersihan ini digaji oleh seorang pemerhati wisata asal daerah tersebut, bukan pemerintah. Sungguh ironis memang, ketika pemerintah menginginkan kotanya berkembang dan objek wisatanya dikenal dimancanegara tetapi tidak diimbangi dengan perawatan dan pembersihan yang maksimal. Yah begitulah jadinya kalau tidak ada perhatian yang cukup. Bahkan petugas kebersihanpun tidak ada. Ditambah lagi kesadaran dari penduduk sekitar yang kurang, karena hanya mereka berdua saja yang rela memungut dan membersihkan sampah di sekitar pantai.

Sungguh disayangkan memang, melihat potensi yang dimiliki daerah tersebut dibanding dengan kinerja pemerintah dan masyarakat sekitar. Padahal ada banyak cara yang bisa dilakukan. Duta pariwisata dara daeng bulukumba bisa mempromosikan dan mengangkat isu ini ke tengah masyarakat agar tidak menjadi pekerjaan tahunan yang berlalu begitu saja. Karena lingkungan yang kotor merupakan tanggung jawab bersama. Selain itu siswa SMA juga bisa diberdayakan dengan melakukan pembersihan pantai secara rutin (sadar wisata). Selain itu perlu juga slogan-slogan yang mengarahkan wisatawan untuk tidak membuang sampah sembarangan. Dan koordinasi yang baik antara dinas pariwisata dan dinas kebersihan juga patut ditingkatkan mengingat pemerintah tetap menjadi aktor utama dalam pengelolaan kota dan objek wisatanya. serta penyadaran akan penangkapan ikan yang ilegal akan menyebabkan kerusakan pada ekosistem bawah laut dan pantai kepada nelayan perlu diadakan. Jadi hal kecil seperti ini perlunya diperhatikan selain promosi yang memakan banyak biaya.

Selain kebersihan, penataan objek wisata tanjung bira masih perlu mendapatkan perhatian yang serius. Terlebih pada penataan penjual yang berada di pangkal pantai. Pemasangan tiang-tiang, tenda yang semaunya sangat merusak pemandangan. Kayu-kayu dipasang sekenanya saja dan tidak tertata dengan rapi. Kayu-kayu yang hampir rapuh dibairkan begitu saja. Kayu gelondongan ‘diparkir’ begitu saja di tepi pantai. Sungguh tidak terkelola. Jadi sentuhan ‘art’nya sangat kurang. Belum lagi dengan jualan yang harus ditingkatkan seperti menunya. Makanannya harus bervariasi dan kalau bisa mencerminkan citarasa bulukumba. Kue-kue tradisional kan bisa dijual disana, bukan melulu mie instan. Kemudian belum adanya ruko yang menjual cinderamata adalah kesalahan fatal yang sebenarnya mereka tidak tahu. Hanya baju bertulis ‘bulukumba’ yang dijual tidak rapih di sana. Belum lagi dengan kualitas bahan yang kurang baik. So lagi-lagi hal2 kecil seperti ini harus mendapatkan perhatian penuh dari pengambil kebijakan, jangan hanya mementingkan pajak tanpa sentuhan yang baik dan maksimal.

So buat apa bikin promosi wisata kalau hal kecil seperti kebersihan saja tidak becus dikelola dengan baik??jangan bermimpi ingin mendatangkan ratusan wisatawan mancanegara kalau hal keindahan dan sentuhan seni saja tidak bisa diwujudkan?

Semoga tulisan ini menyadarkan pemerintah kalau industri pariwisata bukanlah persoalan main-main, tetapi merupakan program berkelanjutan karena fungsinya yang terus dimanfaatkan oleh masyarakat. Dan semoga bisa menyadarkan orang bulukumba, jangan sampai tanah kelahirannya tidak dirawat maksimal oleh pemerintah periode kali ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SELAMAT DATANG DI
KOMUNITAS DUTA PARIWISATA MAKASSAR