Didin-Dissa, Wakil Sulsel di PDWI VII di Bali dan Blambangan


Salam pariwisata..!

Seperti yang kita ketahui bersama bahwa Pemilihan Duta Wisata Indonesia (PDWI) tingkat nasional 2012 telah dilaksanakan dengan sukses di Bali dan Blambangan Jawa Timur. Sebagai kompetisi tertinggi untuk pemuda-pemudi di bidang pariwisata, PDWI memiliki peran yang sangat besar dalam mengangkat pariwisata daerah ke permukaan dan saling berbagi dalam mempromosikan dan mensukseskan kegiatan pariwisata. Apalagi sebagai generasi muda, PDWI yang sudah tujuh kali dilaksanakan menjadi ajang berkumpulnya sepasang pemuda terbaik tingkat provinsi dimana pertemuan mereka menjadi pengalaman berharga. Moment indah menjalani karantina, menemukan hal-hal baru, mendapat keluarga baru, menilai kualitas orang merupakan sebagian kecil dari waktu sepekan itu. Memang singkat, namun sepekan yang sibuk telah menjadi waktu yang berharga yang tak bisa dilupakan. Sering kami mendengar bahwa kami tidak akan hilang kemana-kemana, karena ada satu keluarga besar di setiap provinsi seluruh Indonesia.

Untuk tahun 2012 ini, pihak penyelenggara melaksanakannya di dua tempat meski dengan kuantitas peserta yang lebih sedikit, yaitu Bali dan Blambangan, Jatim. Kalau 3 tahun kemarin di Maluku(PDWI IV), ada 21 provinsi yang bertanding. Nah di tahun ini, jumlahnya menurun menjadi 17 provinsi. Akan tetapi cukup representatif dari tiap wilayah Indonesia. Dara daeng Sulawesi selatan yang diwakili oleh Akhmad Muradi Wakhyuddin (Didin) dan Dissa Julia Paputungan merupakan sepasang finalis yang berangkat dari kemenangan mereka berdua di perlombaan tingkat provinsi. Tetapi keduanya merupakan anggota komunitas duta pariwisata Makassar yang membawa nama kota Makassar di pemilihan tingkat provinsi.


Untuk performance, didin dan dissa tidak ragu lagi karena dukungan dari ukm seni tari unhas dan disbudpar Makassar menjadi pertolongan yang sangat baik demi kelancaran proses kompetisi. Dengan mengangkat konsep bugis toraja, dissa dan didin menarikan tarian toraja di cultural performance dan nuansa pengantin bugis yang sangat menawan di Grandfinal. Sebelumnya mereka berdua telah pula mendapatkan pelatihan dan arahan dari beberapa orang alumni PDWI.
 
Meskipun tidak membawa pulang piala, tetapi sepasang pemuda ini telah menampilkan yang terbaik bagi Sulawesi selatan. Persiapan dirasa sangat mantap hanya saja dewi fortuna belum berada di pihak mereka. Akan tetapi sambut dissa di sela kesibukannya sebagai mahasiswa tingkat akhir jurusan hubungan internasional mengatakan (7/2), bahwa pengalaman yang mereka rasakan jauh lebih berharga dan akan menjadi acuan pembelajaran selanjutnya untuk menjadi lebih baik. “kak, peserta dari provinsi lain pintar dan cerdas.” Kata dissa menambahkan.

Untuk tahun ini, lima besar di peroleh Provinsi Aceh di posisi kelima, Banten diposisi keempat. Juara tiga diraih oleh Kalsel, juara dua diraih oleh Gorontalo dan duta wisata diraih oleh jawa tengah. Semenjak PDWI dilaksanakan, kontingen dari Jawa Tengah, merupakan finalis terkuat yang memang memberikan totalitas dari dinas Kebudayaan Pariwisata Provinsinya dan kualitas finalis di atas rata-rata. Melihat keputusan juri, Dissa dan Didin hanya dapat menerima secara lapang dada.  

Tapi satu yang pasti bahwa kompetisi ini adalah proses pembelajaran yang sangat baik bagi perkembangan mental pesertanya. Dimana pengalaman dengan orang baru, situasi baru, kinerja yang sangat disiplin serta memakan waktu akan memberikan pendewasaan untuk bisa menghargai potensi dan kesempatan yang ada. Kami akhirnya bisa sadar bahwa segala upaya ini tidak terbuang percuma selama kita bisa mendapatkan pelajaran dan memberi pencerahan, dan hal itu sudah menjadi satu dari sekian banyak pengalaman dari sepasang yang sangat berbakat dan berprestasi ini. Bulan juni mendatang Didin juga akan mewakili Indonesia dalam kompetisi tari tingkat dunia di Georgia, Eropa Timur. Begitu pula Dissa yang berkutat dengan skripsinya. Tiada hari tanpa kreativitas. Lanjutkan dan good luck teman-teman, ketika satu pintu tertutup, maka aka nada ratusan pintu lain terbuka. Kita hanya perlu berhenti sejenak untuk melanjutkan kreativitas yang tiada batas untuk memilih pintu lain. Selamat belajar…

Jumlah Wiswan ke Makassar Menurun

Jumlah wisatawan mancanegara yang masuk melalui pintu Makassar pada Desember 2012 mencapai 1.405 orang atau menurun 2,43 persen dibandingkan November 2012.

"Jumlah wisman pada November 2012 tercatat sebanyak 1.440 orang. Kondisi itu terjadi pula pada Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel berbintang di Sulsel," kata Kepala BPS Sulsel, Nursam Salam di Makassar, Rabu.

Berdasarkan data BPS Sulsel diketahui, TPK hotel berbintang di Sulsel pada Desember 2012 mengalami penurunan 0,66 poin dibandingkan November 2012 yaitu 49,14 persen pada November 2012 menjadi 48,48 persen pada Desember 2012.

Khusus TPK hotel bintang satu di Sulsel pada Desember 2012, tercatat 46,40 poin atau lebih tinggi dari periode November 2012 yang hanya 35,36 poin.

Sementara rata-rata lama menginap tamu asing dan Indonesia pada hotel berbintang di Sulsel selama Desember 2012 masing-masing adalah 4,24 hari dan 1,78 hari.

Adapun arta-rata lama menginap tamu asing di Sulsel pada Desember 2012 adalah 4,24 hari, sedang rata-rata lama menginap tamu Indonesia pada hotel berbintang di Sulsel yakni 1,78 hari.

"Dari jumlah wisman yang masuk melalui pintu Makassar, didominasi dari Malaysia, Singapura, Perancis, Inggris dan Jerman," kata Nursam.

Dia mengatakan, jumlah wisman dari lima negara tersebut berjumlah 1.022 orang atau sekitar 72,74 persen dari total wisman yang masuk melalui Makassar pada Desember 2012. (Editor : M Yusuf)

sumber: http://makassar.antaranews.com/berita/45076/jumlah-wiswan-ke-makassar-menurun-

Penuhi Kuota RTH, Pemkot Tanam Pohon di Anjungan

Makassar,- Pemerintah Kota (Pemkot) Makassar menyiapkan ratusan bibit pohon untuk memenuhi kuota 20 persen Ruang Terbuka Hijau (RTH) di areal Anjungan Pantai Losari yang juga ditetapkan sebagai space publik atau ruang publik. Rencana ini disampaikan Kepala Badan Perencanaan Pemabangunan (Bappeda) Kota Makassar, Ibrahim Saleh pekan lalu. "Anjungan itu publik space yang harus menyediakan RTH 20 persen dari luas wilayahnya. Ini sudah ketentuan sesuai perundang-undangan dan termuat di Ranperda Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)," kata Ibrahim.

Penyediaan RTH di wilayah anjungan tidak hanya sebagai syarat ketentuan dalam pembangunan publik space namun diharapkan bisa mengurangi suhu panas disiang hari dan juga menambah estetika anjungan, sehingga masyarakat bisa merasa betah meski berkunjung di siang hari. "Fungsi RTH tidak hanya memberikan udara segar namun juga bisa memberi kesejukan di siang hari. Tujuannya agar pengunjung betah dan bisa menambah keindahan terhadap anjungan itu sendiri," tambahnya.

Terpisah, Anggota Komisi C Bidang Pembangunan, Nelson M Kamisi juga sependapat atas rencana pengadaan pohon diareal anjungan. Hanya saja Nelson lebih menyoroti pemilihan bahan lantai anjungan yang dinilainya tidak berbasis lingkungan. Pasalnya lantai anjungan terbuat dari tehel yang bisa menimbulkan bias panas oleh sinar matahari. Sama halnya efek rumah kaca yang menimbulkan bias dan dapat berdampak pada meningkatnya suhu panas bumi.

"Saya sepakat ada RTH disana. Namun yang kami sayangkan, pemilihan bahan lantai anjungan yang menggunakan tehel. Harusnya bahan con block sehingga tidak menimbulkan bias panas matahari dan juga menyerap air jika hujan. Kalau seperti sekarang hujan anjungan malah tergenang air bahkan terlihat licin," sorotnya.(ril/war/C)

sumber: http://bahasa.makassarkota.go.id/index.php/lingkungan-hidup/1016-penuhi-kuota-rth-pemkot-tanam-pohon-di-anjungan

SIARAN PERS: Menparekraf Menyampaikan Visi dan Misi sebagai Calon Dirjen WTO di Hadapan Sidang General Council WTO

Jenewa, 30 Januari 2013 – Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Mari Elka Pangestu selaku salah satu calon Direktur Jenderal World Trade Organization yang dinominasikan oleh Pemerintah Indonesia, telah mendapatkan giliran untuk memaparkan visi dan misinya di hadapan Sidang General Council WTO tanggal 29 Januari 2013 pukul 16.30 s.d 18.30 waktu setempat atau pukul 22.30 – 24.00 (WIB) di Markas Besar WTO di Jenewa, Swiss. Mari Pangestu mendapatkan gilirian presentasi ketiga di sore hari setelah 2 kandidat lainnya yaitu Mr Alan John Kwadwo Kyerematen dari Ghana dan Ms Anabel González dari Costa Rica yang masing-masing mendapatkan giliran presentasi pada pagi dan siang hari.

Di hadapan 157 anggota WTO yang menghadiri sidang, Mari Elka Pangestu menyampaikan pernyataan yang menyentuh kesamaan kepentingan semua anggota. Ia mengingatkan bahwa: “Perdagangan adalah pendorong utama pertumbuhan dan pembangunan ekonomi global serta menciptakan lapangan kerja dan mengurangi kemiskinan, dan dalam hal ini WTO merupakan institusi internasional yang memainkan peran penting dalam memelihara kepercayaan dalam sebuah sistem perdagangan multilateral yang terbuka, adil, berbasis aturan dan seimbang.”

Dalam paparannya, Mari melihat 4 tantangan yang harus dihadapi bersama oleh semua negara anggota WTO, yaitu: 1) Kebutuhan bersama untuk memastikan bahwa perdagangan sebagai mesin pertumbuhan ekonomi dan pencipta lapangan pekerjaan, terutama mengingat ketidakpastian global. Ini berarti bahwa semua negara mesti terus menjaga kepercayaan dan komitmen dalam sebuah sistem perdagangan multilateral yang terbuka, adil, berbasis aturan dan seimbang. 2) Setiap negara tanpa kecuali menghadapi kenyataan maupun persepsi bahwa proses pembukaan pasar yang telah terlaksana belum tentu memberikan manfaat setara kepada semua, baik antar negara atau dalam kelompok, wilayah maupun sektor lain dalam suatu negara. 3) Dunia telah menjadi tempat yang berbeda dibandingkan dengan ketika kita mulai mempersiapkan putaran Doha. WTO memiliki lebih banyak anggota dan negara-negara telah berkembang dengan kecepatan yang berbeda. Dunia saat ini seperti memiliki mesin pertumbuhan multipolar dan perbedaan tingkat pembangunan – dari yang perekonomian yang kurang berkembang sampai dengan yang bangkit dengan cepat (emerging econmies). 4) WTO masih menjadi forum utama untuk negosiasi multilateral, namun kini masih berusaha untuk menyelesaikan perundingan Doha selama lebih dari 10 tahun. Sehingga kita masih perlu mencari konsensus, optimisme dan mengumpulkan dukungan untuk menyelesaikannya dan bagaimana caranya agar WTO tetap relevan dan kredibel di tengah-tengah perjanjian bilateral dan regional yang ada.


Untuk menghadapi keempat tantangan bersama tersebut, Mari Pangestu menawarkan 5 solusi sebagai berikut:
1)    WTO lebih dari Doha. Dalam hal ini, Dirjen WTO harus melayani anggotanya, serta berfungsi sebagai penjaga dari sistem perdagangan multilateral. Kerangka kerja berbasis aturan (rules based) dan proses penyelesaian sengketa (dispute settlement) WTO telah menguntungkan semua anggota, baik dari perekonomian besar atau kecil, maju atau berkembang, lemah maupun kuat. Oleh karena itu, kita harus terus memperkuat kerangka kerja yang berbasis aturan bagi WTO dan proses penyelesaian sengketa untuk kepentingan semua anggotanya.
2)    Kita harus mengakui bahwa sementara keterbukaan yang lebih besar telah terbukti menjadi mesin yang luar biasa untuk pertumbuhan ekonomi, tetapi di lain pihak juga telah menciptakan tantangan-tantangan baru bagi negara, perusahaan dan manusia di seluruh dunia. WTO harus tetap menjadi lembaga utama untuk mewujudkan visi perdagangan dan pembangunan untuk kepentingan kolektif dari semua anggotanya.
3)    Kita harus bergerak maju untuk menyelesaikan putaran Doha karena dampaknya akan tetap positif bagi perekonomian dunia termasuk negara-negara sedang berkembang, dan merupakan stimulus ekonomi yang tidak memerlukan pengeluaran dana.  Untuk memajukan perundingan kita harus pragmatis dan bekerja keras untuk menghasilkan hasil awal (early harvest) saat pertemuan Tingkat Menteri ke-9 di Bali pada bulan Desember, tanpa melupakan tujuan besar yaitu paket Doha yang lengkap. 
4)    Proses pembukaan pasar dan integrasi ekonomi yang berkembang dibawah perjanjian bilateral dan regional adalah langkah yang baik dan tidak harus merupakan alternatif atau tantangan kepada sistem multilateral, selama kita berpegang pada prinsip bahwa proses regionalisme yang konsisten dan bahkan komplementer kepada sistem multilateral.
5)    Bagaimana seharusnya kita dapat lebih baik mengelola WTO sebagai institusi multilateral. Dalam hal ini, perubahan dan reformasi harus dilihat sebagai sebuah proses bukan hasil. Bila terpilih menjadi Dirjen WTO Mari menyatakan akan fokus untuk menjadi manajer yang baik dalam mengelola sumber daya WTO untuk memastikan bahwa pelayanan pada semua anggota dapat berjalan optimal. Mari mengibaratkan Dirjen seperti seorang "Jenderal" dan ia memiliki seluruh tim dan tentara yang efektif untuk digunakan dalam mendukung pekerjaannya untuk melakukan pelayanan terbaik bagi anggotanya.

Di akhir paparannya, Mari juga menceritakan secara singkat latar belakang pendidikan, dan 25 tahun pengalamannya baik di bidang akademik, lembaga penelitian, pejabat publik dan pemerintahan, organisasi internasional, negosiasi baik di tingkat bilateral, regional, maupun multilateral, yang kesemuanya sangat berkaitan dengan perdagangan internasional.  Mari Pangestu juga menegaskan bahwa Indonesia sebagai emerging nation telah selalu menyumbang di fora global sebagai anggota G20 dan di forum WTO sebagai koordinator G33 dan anggota di G20, Cairns Group, NAMA 11 dan Green Room.  Dengan pengalaman sebagai negotiator dan koordinator G33 dan pengalaman di ASEAN, yang harus menjembatani negara dengan tingkat pembangunan yang berbeda dan posisi yang sangat bervariasi, Mari Pangestu siap menyumbang kepada lembaga WTO sebagai Direktur Jenderal yang akan bekerja keras sebagai jembatan antara 157 anggota dalam mencari konsensus yang win-win dan menjaga kepercayaan terhadap WTO sebagai lembaga yang akan menjaga sistem perdagangan multilateral yang terbuka, adil, inklusif, berimbang dan berdasarkan aturan.

Sumber: http://www.budpar.go.id/asp/detil.asp?id=2061

Ada Yang Baru di LOSARI

Salam Pariwisata...

Pembaca Dutapariwisatamakassar, kalian sudah tahu kan kalau pantai losari telah diperindah sedemikian rupa sehingga melahirkan anjungan baru yang patut anda kunjungi. Yah.. tepat di sebelah kiri Anjungan lama, terdapat Anjungan baru yang asri, nyaman dan romantis. Cukup luas untuk dikelilingi, tetapi masih berada di pantai Losari. Di sana terdapat situs wisata baru  yang menjadi landmark kota Makassar. Ada masjid, tugu, patung tokoh, dll. kini anda bisa nikmati penyatuan konsep wisata yang sangat beragam sehingga anda bisa sedikit tahu kesenian, budaya tokoh besar yang membangun Makassar menjadi seperti ini. Tentunya membuat anda tidak sabar jalan-jalan sore di pantai losari kan??ayo kita intip sekilas tentang anjungan pantai losari.
 Masjid Amirul Mukminin
 Berada di sebelah selatan anjungan, telah hadir Masjid Amirul Mukminin. Sebuah situs baru yang hadir sebagai kolaborasi konsep wisata dan religi di Makassar. Masjid ini resmi dilaunching oleh Walikota Makassar, Ilham Arif Sirajuddin pada Maret 2012 lalu. Sebuah masjid dengan konsep terapung dilengkapi dengan 164 tiang pemancang, menjadi pilihan baru wisata religi di Makassar, selain Masjid Al-Markaz dan Masjid Raya.
Di masjid ini, anda ditawarkan dengan inovasi arsitektur yang modern minimalis tetapi indah. Terdiri atas tiga lantai dengan dua menara dan dua kubah. Warna biru, abu-abu dan putih menjadi tema dasar dari masjid ini, seakan-akan menyatu dengan birunya laut dan langit makassar, sebuah konsep penyatuan dengan alam. Untuk menuju ke masjid apung, kita harus melewati jembatan indah yang ditanami pohon ditengah-tengahnya. Sehingga icon Makassar ini tidak lepas dari sentuhan green yang menjadi komitmen pemerintah Makassar. 

Sebagai situs yang memadukan wisata dan religi, kita bisa merasakan keduanya dalam satu moment sekaligus. Tak ayal lagi, pesona arsitektur di bibir pantai ini membuat decak kagum dan perasaan bahagia. Apalagi ketika suara adzan berkumandang, pengunjung yang bertandang ke rumah Allah, kini tidak hanya beribadah, tapi juga menikmati panorama pantai losari. Di siang hari kita bisa merasakan sejuk pantai dengan angin sepoi-sepoi. Sedangkan di waktu sunset, pengunjung akan merasakan kilauan sunset yang jingga bertabur di permukaan laut. Jalan-jalan anda menjadi semakin bermakna ketika bilasan air wudhu menjadi pelengkap kunjungan wisata anda. 

Patung Tokoh Sulawesi Selatan
Di anjungan ini juga, berjalan sedikit anda akan ditawarkan dengan konsep wisata edukasi yang sangat bermakna. Sebanyak 19 patung setengah badan dan 3 patung utama yang memenuhi seluruh anjungan. Ke 19 patung tokoh ini merupakan situs tokoh-tokoh ternama yang ada di Sulawesi selatan. Salah satunya Patung Sultan Hasanuddin yang merupakan pahlawan nasional Indonesia yang dijuluki Belanda, “De Haantjes van Het Oosten” bermakna Ayam Jantan dari Timur. Selain Sultan Hasanuddin, beberapa tokoh lain seperti Arung Palakka, Andi Sultan Daeng Raja, Andi Lasinrang, L.S. Madukelleng, Ranggong Daeng Romo, Jenderal M. Yusuf, Andi Pangeran Pettarani, Karaeng Patingaloang, Mayor Jenderal A. Mattalata, Pongtiku, dan Andi Djemma juga memenuhi seluruh anjungan. Sangat baik bagi anak-anak yang sedikit lupa mengenai perjuangan pahlawan kita di masa lalu. 


Tiga patung lain yaitu patung pa’raga, becak dan pemain pepe’-pepe’ka Ri Makka merupakan cerminan budaya Makassar yang unggul sejak dulu. Pa’raga adalah pemain raga (takraw) yang menjadi olah raga tradisional dari Sulawesi selatan. Pemainnya terkenal handal bahkan berprestasi hingga di tournament internasional. Sedangkan dalam kemasan tradisional, pa’raga bisa memainkan raga dengan sangat lihai bahkan hingga membentuk formasi 3 tingkatan, dimana pemain raga memainkannya di ketinggian 10 meter tanpa menjatuhkan bola. Menyaksikan atraksi budaya ini menjadi moment tak terlupakan dan mengundang decak kagum bagi seluruh pengunjung yang melihatnya. Kesenian inipula yang membawa UKM Seni Tari Unhas sebagai peraih honorable mention prize lomba tari tingkat dunia di Turkey.

Pepe’pepe’ka Ri Makka beda lagi. Permainan api dengan diiringi syahdunya musik Makassar menjadi situs baru yang kedua. Dimana atraksi budaya ini masih sering ditampilkan dengan maksud hiburan bagi pengunjung dimana penarinya (keseluruhan pria) bermain api. Penari menunjukkan kebolehannya dengan bertahan tanpa terbakar oleh api. Meskipun sudah dipenuhi oleh obor yang memiliki kobaran api yang sangat besar. Disinilah letak eksotisme Makassar yang tiada duanya di Indonesia. 




City of MAKASSAR STATUE
Selain masjid dan patung tokoh, terdapat beberapa tulisan yang berdiri kokoh di bibir pantai. Ada tulisan MAKASSAR, BUGIS dan CITY OF MAKASSAR. Kehadiran tugu ini menjadi saksi kebesaran suku bugis-makassar yang sudah terkenal gaungnya di Indonesia dan dunia internasional. Sebagai sebuah suku yang mendiami sejumlah besar kerajaan di Sulawesi selatan, suku bugis-makassar yang terkenal sebagai pelaut dan pedagang handal telah memberikan kontribusi besar pada perkembangan peradaban Sulawesi selatan dan Indonesia. Apresiasi ini tidak terbatas pada rasial melainkan kepada upaya untuk mematenkan bahwa Makassar menjadi tanah asal (indigenous land) bagi kedua suku besar bangsa Indonesia. Kehadiran tiga tugu besar ini menjadi upaya perkenalan pada Kebudayaan adiluhung yang masih dipertahankan, yaitu sipakainge, sipakalebbi dan sipakatau yaitu saling mengingatkan, saling menghargai dan menghormati. Komitmen ini yang menjadi pedoman orang bugis-makassar. 



Inilah gambaran kecil dari keindahan anjungan baru yang ada di pantai losari. Silakan datang sendiri dan nikmati panorama alamnya. Ada banyak cerita dan moment bahagia yang menunggu anda di kawasan ini. karena Makassar sebagai the new travel destination in Indonesia tidak kalah dengan yang lain, dan masih banyak gebrakan lain yang akan hadir. Salah satunya adalah ISTANA NEGARA…
Wow….
Tunggu kehadirannya…

SELAMAT DATANG DI
KOMUNITAS DUTA PARIWISATA MAKASSAR