Membangun Pariwisata Sulsel dari Berbagai Aspek

Sebuah poster besar baru-baru ini dipajang pemerintah untuk memberikan informasi kepada rakyat atas pencapaian Sulawesi Selatan. Salah satunya adalah mengenai masuknya Sulawesi Selatan sebagai 10 besar daerah dengan perkembangan pariwisata tercepat. Pengguna lalu lintas seperti saya menjadi berbangga karena dengan berbagai keindahan yang kita miliki, akhirnya masuk juga dalam sebuah penghargaan, ini menjadi berita besar bagi Makassar dan Sulawesi Selatan sebagai pintu gerbang Kawasan Timur Indonesia yang kini mulai membangun.

Tapi pencapaian itu tentunya bukan menjadikan kita menutup mata dan telinga dalam menjaga peningkatan pengembangan pariwisata di Sulawesi selatan tetap berjalan. Karena pekerjaan seperti ini bukanlah perkara satu tahun saja, melainkan sebuah pekerjaan berkesinambungan dalam sebuah proses yang saling berkaitan. Saat ini boleh jadi kita berbangga karena meraih penghargaan tersebut, tapi yang menjadi pertanyaan, apakah hal itu masih terjadi dalam 10 tahun kedepan? Kalau misalnya tidak ada program jangka panjang pemerintah untuk membenahi dan menjaga infrastrukturnya.

Sebuah slogan tentunya belum menjadi indikasi kita harus berhenti untuk membangun, tetapi perlu upaya keras, kreatif, dan teliti dalam menjaga warisan alam dan budaya yang sangat tinggi nilainya. Kalau kita jalan-jalan ke Tana Toraja misalnya, maka wisatawan akan terkesima dengan keindahan alam, budaya dan rumah adat yang dimiikinya. Akan tetapi mereka hanya terhenti pada objek tersebut. Padahal kebutuhan wisatawan kini sangat beragam. Seperti halnya kebutuhan akan sarana seperti toilet yang bersih, keamanan, pemandangan tanpa sampah dan penataan yang bagus masih menjadi kebutuhan yang utama dalam berwisata.

Tapi semuanya itu belum didapatkan di sekitar objek wisata. Di kete kesu misalnya, belum ada toilet bersih bagi wisatawan, yang kiranya dirancang lebih alami dengan nuansa toraja yang kuat sehingga wisatawan tidak perlu kembali ke hotel lagi hanya untuk buang air kecil. Hal itu dijumpai juga di berbagai objek wisata se antero Sulawesi Selatan, selain karena tidak ada pembangunan, juga kalaupun ada, warga sekitar belum menyadari arti pentingnya toilet bagi wisatawan sehingga kalau dibangun di semester pertama, belum genap berganti tahun coretan dan disfungsi toilet akan segera ditemui. Kerusakan terjadi di mana-mana oleh karena ulah dari masyarakat yang masih kurang sadar. Sehingga wisatawan dari negara seperti Jepang dan Singapura yang sangat memperhatikan kebersihan akan memberikan catatan buram akan kondisi objek wisata yang kita miliki. Sarana berupa toilet bersih adalah satu contoh fasilitas yang harusnya memadai. Bebas dari sampah, jalan yang bagus, penataan toko-toko souvernir, tersedianya transportasi yang nyaman juga menjadi catatan dari problematika pariwisata kita. Sebuah hal kecil memang, tapi berdampak besar bagi kunjungan wisatawan ke daerah kita.


Kete Kesu, salah satu objek Wisata di Toraja Utara, masih perlu mendapatkan pengembangan
Setelah kebersihan, hal yang menjadi catatan penting pariwisata Sulawesi Selatan adalah keamanan. Demonstrasi yang anarkis memang menjadi momok yang menakutkan bagi wisatawan, karena tak ada satupun wisatawan yang berharap untuk terkena lemparan batu dari massa yang saling melempar. Lagipula Makassar dan sekitarnya sudah terkenal dengan image anarkis dan tawuran. Sebuah ‘pencapaian’ yang tidak boleh ditingkatkan karena yang mendapat image buruk adalah seluruh warga dan daerah Sulawesi selatan. Dalam sebuah interaksi dengan warga Jakarta misalnya, hal pertama yang dipertanyakan adalah “Makassar memang anarkis yah?apakah itu sudah menjadi budaya?amankah berkunjung ke Makassar?” Sebuah pertanyaan yang ujungnya mengarah kepada ketidak percayaan dari aktivitas yang tidak kita kerjakan. Dari keamanan berdampak pada pariwisata Sulawesi Selatan. Berbagai kunjungan akibat peristiwa demonstrasi pun terus berdatangan. Informasi yang didapatkan, kabarnya Sultan Trengganu yang berencana mengunjungi Sulawesi Selatan pada tanggal 4 April 2012 membatalkan kunjungannya karena faktor keamanan Makassar yang tidak kondusif.

Padahal dalam kunjungan sebuah rombongan kenegaraan seperti itu merupakan pendapatan bagi daerah kita. Penjual souvenir akan mendapat calon pembeli baru. Bisnis warung makan dan catering mendapatkan tambahan order, juga bagi pengelola sanggar seni bisa dipastikan mendapat tempat untuk menghibur mereka semua. Interaksi dan perputaran ekonomi terjadi di sini. Dan karena kemanan yang tidak kondusif, semuanya lenyap dan tidak terjadi. Sebuah kesempatan yang hilang begitu saja. Akan tetapi terlepas dari pro dan kontra demonstrasi, saya masih setuju ekspresi demokrasi dari mahasiswa dapat terus berjalan sepanjang tidak ada tindak pengrusakan fasilitas apalagi jika menghilangkan nyawa seseorang atas nama perubahan. Sebuah pelanggaran hak asasi manusia yang tidak boleh dibiarkan.

Berhubungan dengan demonstrasi sudah lewat dan kenaikan BBM diundur hingga enam bulan kedepan, aktivitas pariwisata kita harus tetap berjalan. Saat ini, program yang belum mendapat sentuhan maksimal adalah dari sisi promosi wisata media online. Saat ini kalau kita browsing di internet, terutama di Youtube, belum ada kita dapatkan iklan pariwisata berdurasi 2 menit yang memperkenalkan Sulawesi Selatan. Padahal daerah lain seperti Lombok dan Banda Aceh sudah memiliki iklan pariwisata yang sangat bagus. Program Visit Lombok 2012 sudah memiliki iklan berdurasi 1 menit 1 detik yang ‘menghipnotis’ kita untuk harus berkunjung kesana. Dan apakah kita terkendala dan membiarkan begitu saja?tentunya tidak. karena kita memiliki segudang sarjana yang memiliki kemampuan untuk mengerjakan proyek ini dengan hasil yang didapatkan juga berdampak besar pada jumlah wisatawan. Iklan tersebut kiranya dapat diputar di bandara, televisi nasional, di youtube dan berbagai fasilitas lain yang menarik perhatian orang banyak. Sehingga kita tidak perlu menghabiskan uang banyak ke Amerika Serikat misalnya hanya untuk menggaet warga sana, karena dari internet mereka bisa mengakses potensi dan keindahan Sulawesi selatan.



Sehingga di abad virtual ini dengan semakin banyaknya pengguna internet yang berjumlah sebanyak 239 juta pengguna di dunia ini, harusnya membuat kita lebih kreatif dalam membangun pariwisata kita. Karena dari arah yang tidak terduga, wisatawan akan datang mengunjungi tempat kita. Sepanjang kita tidak mengecewakan mereka yang sudah datang jauh-jauh tetapi mendapatkan hal yang berkebalikan dari promosinya. Yah, seperti yang saya katakan tadi. Bukan pekerjaan mudah dan singkat memang. Oleh karena itu dari sini, kita bisa menyadari pentingnya pariwisata sebagai andalan dari provinsi kita. Kerja pemerintah tidak akan bermakna jika tidak ada dukungan moril dan materil dari masyarakatnya. Oleh karena itu mari kita membangun pariwisata untuk kehidupan yang lebih baik. Satu slogan yang bermakna dalam pengembangan pariwisata kita adalah jangan pernah merusak jika tidak bisa memperbaiki.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SELAMAT DATANG DI
KOMUNITAS DUTA PARIWISATA MAKASSAR