Baru-baru
ini kompas telah merilis berita mengenai kenaikan kunjungan wisatawan
mancanegara (wisman) ke Indonesia sebesar 5, 16 % yaitu mencapai 8.044.462 orang.
Data ini dikutip di harian Kompas dari UNWTO (United Nations World Tourism Organization). Jumlah tersebut
merupakan akumulasi kedatangan pada bulan Januari hingga Desember 2012. Angkat tersebut
melebihi pencapaian sebelumnya di tahun 2011, sehingga dengan kenaikan
kunjungan tersebut menjadi prestasi yang membanggakan bagi seluruh Indonesia. Terlelbih
pada Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif yang dikomandoi oleh Ibu Marie
Elka Pangestu. Bukan itu saja, sebelumnya Indonesia meraih Go Asia Award tahun 2012 di Berlin, dengan
menjadi destinasi favorit ketiga setelah Thailand dan Singapura.
Hal tersebut
tidak mengejutkan mengingat komitmen pemerintah Indonesia untuk menggelar berbagai
program dan kunjungan wisata di banyak daerah. Sebut saja Visit Lombok 2012,
Visit Sulawesi 2012, Visit Banda, Visit Babel 2009, Visit Makassar and Beyond2011-2014 dan masih banyak lagi. Program tersebut tentunya memiliki andil yang relatif
besar demi mencapai target kunjungan wisatawan yang terus meningkat. Betapa tidak,
orang-orang dan pemerintah daerah tentunya sudah tahu persis potensi wisata
yang bisa dikembangkan dari daerah masing-masing. Selain tentu saja yang paling
mengetahui potensi masing-masing daerah adalah pemerintah daerah. Sehingga kucuran
dana dari pemerintah pusat merupakan modal untuk membuktikan sendiri, kemampuan
pengelolaan otonom pemerintah masih bisa diperhitungkan.
Selain itu,
tren wisatawan abad ke 21 yang mengarah pada wisata alam dan budaya dengan ciri
conservationist dengan melihat kebutuhan wisata pada alam dan budaya yang dapat
menyegarkan pikiran bagi wisatawan. Dan seperti kita ketahui bahwa Indonesia dengan
keragaman alam dan budayanya menjadi warisan tak ternilai yang harus dijaga,
diwariskan dan dieksplorasi sehingga tidak hanya eksis dikemudian hari, tapi
juga memberikan nilai beneficial kepada masyarakatnya. Sebut saja
upacara-upacara yang secara ritual dilaksanakan setiap tahun, 2 tahun, oleh local people di dalamnya. Tentunya pemerintah
harus berpikir bagaimana caranya bisa mempromosikan keunikan tersebut, tapi ada
kepuasan di dalamnya. Baik dari segi materil apalagi moril. Apalagi upacara-upacara
adat memakan biaya yang sangat besar, seperti Rambu Solo yang bisa menghabiskan
miliyaran untuk sekali acara. Jangan sampai hal itu lewat terbiarkan saja tanpa
ada keuntungan timbal balik bagi masyarakat. Itulah pentingnya pariwisata yang
ter-organize dengan baik.
Selain itu
dengan jumlah penduduk Indonesia terbesar keempat di dunia, tentunya menjadi
pasar yang sangat baik bagi industry hiburan tanah air dan mancanegara. Artis-artis
ternama dunia menjadikan Indonesia sebagai negara yang tidak bisa dilewatkan
dalam tour dunianya. Oleh karena itu, kemunculan industri-industri organizer
akan sangat baik ke depan, untuk bisa mengelola konser bagi Indonesia. Dan tentunya
peluang untuk mendatangkan wisatawan negara tetangga yang tidak kebagian
konser, akan sangat baik sebagai tambahan kunjungan wisatawan sehingga
perkembangan interaksi dalam dunia pariwisata Indonesia menjadi semakin
kompleks dan dinamis.
Hanya saja Indonesia
dinilai masih perlu untuk mencari strategi baru untuk terus mempromosikan
tempat wisata andalan. Seperti dengan mengoptimalkan kemajuan teknologi virtual
Internet. Promosi wisata online dirasakan telah menjadi alat yang utama untuk
menarik wisatawan dengan biaya yang relatif murah. Seperti menggunggah video
pariwisata di youtube merupakan
solusi cerdas dalam meningkatkan kunjungan wisatawan. Karena dengan mudah, calon
wisatawan biasanya search di internet, untuk menentukan daerah mana yang harus
mereka kunjungi di musim liburannya. Akan tetapi hal ini masih belum
diaplikasikan matang oleh pemerintah. Dan ini salah satu catatan penting
bagaimana kedepan Indonesia harus lebih gencar mempromosikan Indonesia dengan
cara yang mudah dan biaya yang murah.
Selain itu
pemeliharaan tempat wisata menjadi sangat penting. Betapa mengejutkan jika
wisatawan masih merasakan sulitnya mendapatkan toilet yang bersih, bangunan
yang tidak terawat, fasilitas ibadah, dan masih banyaknya sampah yang
berseliweran di tempat-tempat wisata. Untuk kasus Benteng Rotterdam, saat ini
pemeliharaan gedung sudah sedemikian baik, namun tidak diikuti dengan pemelihaan
toilet yang masih terkesan jorok. Hal itu juga terjadi di banyak tempat wisata
di seluruh Indonesia. Alokasi pemeliharaan yang kurang ditambah dengan budaya
setempat yang belum menghargai kebersihan menjadi daftar panjang PR pariwisata
kita. Sungguh ironis memang, karena hal itu hampir terjadi di semua objek
wisata di Indonesia. Potensi wisata yang maha besar seperti Indonesia kalau
tidak dikelola dengan baik, tentunya tidak akan berbuah maksimal.
Mari kita
melihat tetangga kita misalnya, Singapura yang menjadi negara bersih dengan
fasilitas Toilet, rest room atau
kamar kecil yang bagus. Objek wisata yang tidak sebanyak kita, bisa
dipoptimalkan dengan baik. Dikonsep dan dirancang semenarik mungkin, sehingga
wisatawan datang berbondong-bondong. Padahal wilayahnya hanya seperempat pulau Madura.
Begitu juga dengan Jepang yang sudah diketahui sangat bersih dan peduli akan
pemeliharaan toilet kini saatnya, hal sekecil ini tidak boleh dibiarkan
pemerintah dan masyarakat kita untuk terus sadar peran sadar posisi. Bahwa wisatawan
membutuhkan kenyamanan atau biasanya dikenal dengan sapta pesona yaitu, 7 pesona
destinasi wisata yaitu: aman, nyaman, bersih, rindang, tertib, dll.
Sebagai
negara dengan tujuan wisata terfavorit di Asia kita harus berbangga dan
mengupayakan untuk melakukan perubahan sehingga kita bisa mempertahankan citra
baik di dunia internasional. Apalagi dengan pertumbuhan wisatawan yang mencapai
1.035 miliyar di tahun 2012 oleh UNWTO, setidaknya kita bisa merasakan
keuntungan dibalik kunjungan wisatawan tersebut. Karena aktivitas pariwisata
tak lain akan memberikan percikan kehidupan bagi masyarakat Indonesia. Jadi jagalah
warisan budaya, alam seperti pantai, lembah, bukit dan danau dan segala instrument
di dalamnya karena hal tersebut merupakan nilai jual pariwisata Indonesia di
dunia internasional.
*Berbagai Sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar