Penulis:Nurul Azizah
Pariwisata memiliki peran penting dalam peningkatan pendapatan suatu
daerah atau negara. Selain itu ia juga menjadi salah satu cara untuk
memperkenalkan kebudayaan suatu daerah ke daerah lainnya. Industri
pariwisata juga memberi andil dalam pembangunan sosial dan ekonomi, baik
itu di Negara maju maupun berkembang
Indonesia merupakan daerah potensial untuk maju dan berkembang dari
sektor pariwisata karena Indonesia menawarkan tempat–tempat indah untuk
dijadikan objek wisata unggulan. Luas wilayah yang termasuk dalam salah
satu Negara terbesar di dunia ditambah dengan kondisi alam yang luar
biasa menakjubkan menjadikan Indonesia sebagai Negara yang wajib
dikunjungi oleh para wisatawan, baik domestik maupun mancanegara.
Sayangnya,
jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Indonesia pada Juli
2012 turun 5,94 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu,
yakni 745.500 menjadi 701.200 (Kompas.com/edisi 3 September 2012).
Keterangan dari Kepala Badan Pusat Statistik, Suryamin, mengatakan bahwa
penurunan ini terjadi mungkin dikarenakan memang terjadi pada bulan
puasa lalu dan mendekati perhelatan olimpiade dan krisis Eropa yang
masih berlanjut. Hanya saja jika dibandingkan Juni 2012 malah naik tipis
sebesar 0,82 persen.
Tentu hal ini membuat kita berpikir keras
bagaimana untuk menaikkan angka kunjungan wisatawan terutama yang
berasal dari mancanegara untuk berkunjung ke Indonesia. Strategi
pemasaran dan peningkatan sarana prasarana serta pemeliharaan tempat
wisata yang dilakukan oleh Kementerian Budaya dan Pariwisata harus lebih
digenjot. Meskipun dalam hal ini peran pemerintah pusat lebih kepada
bagaimana memasarkan, pihak swasta dan daerah juga seharusnya bahu
membahu.
Dalam UU No 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan, pasal
41 ayat 1 menegaskan tugas Badan Promosi Pariwisata untuk meningkatkan
pencitraan pariwisata. Oleh karena itu, pemerintah perlu mengevaluasi
sejauh mana pencitraan mengenai Indonesia sudah dilakukan oleh badan
ini.
Mari melongok ke Negara Asia Timur yang saat ini menjadi
salah satu tujuan wisata utama dunia, terutama kawasan Asia. Korea
Selatan mendapat kunjungan oleh wisatawan mancanegara sekitar 5,3 juta
per tahun, diungguli oleh Republik Rakyat Cina dengan 30 juta wisatawan
per tahun. Bagaimana dengan Indonesia?
Naiknya kunjungan
wisatawan ke Korea Selatan merupakan salah satu efek dari Korean Wave
yang sekarang sedang melanda kawasan Asia, tak ketinggalan Indonesia.
Korean wave ini menarik minat masyarakat di Asia khususnya untuk
melancong ke sana. Masyarakat Indonesia pun banyak yang ingin
mengunjungi Negara tersebut karena ketertarikan mereka salah satunya
pada tempat–tempat yang dilihat dalam drama dan film dari Korea Selatan.
Penulis
mengakui kepiawaian pemain industri hiburan di Korea Selatan dalam
memproduksi drama dan film yang tak hanya booming di negaranya sendiri,
tapi juga di Negara lainnya. Ada apa dengan drama dan film tersebut
sehingga menjadi magnet bagi masyarakat dunia untuk berkunjung ke Korea
Selatan?
Sebelumnya mari kita lihat indutri hiburan di Negara
kita, Indonesia, yang didominasi dengan hal–hal yang tidak mendidik.
Sinetron Indonesia muncul dengan tema–tema cinta remaja berlebihan dan
tidak sesuai dengan usia. Kemudian, kebencian yang begitu mendalam,
dengki, perebutan harta, balas dendam, adegan yang tak layak tayang,
pergaulan laki – laki dan perempuan yang tanpa batas, lokasi syuting
yang hanya berkutat di tempat – tempat mewah menjadi sajian bangsa ini
setiap hari.
Lalu Negara mana yang mau mengkonsumsi
sinetron–sinetron tanpa akhlak tersebut? Beberapa stasiun televisi di
Malaysia membuat langkah yang salah dengan menayangkan ini di negaranya.
Sinetron yang bahkan harusnya tak layak ditonton oleh bangsanya
sendiri.
Lalu bagaimana dengan industri perfilman? Ironis.
Didominasi oleh fitnah sarat SARA, hal – hal mistik yang hanya butuh
biaya sedikit tapi mendapat keuntungan besar karena ada orang – orang
bodoh yang rela antri untuk menontonnya. Tak banyak film yang
berkualitas apalagi yang mengambil lokasi syuting di tempat – tempat
wisata.
Lalu bagaimana Korea Selatan, Negara kecil yang hingga hari ini masih belum berbaikan dengan ‘saudaranya’ di Utara?
Salah
satu keunggulan drama Korea yang digandrungi oleh masyarakat hari ini
terletak di lokasi syutingnya. Banyak drama Korea yang menjadikan tempat
– tempat wisata mereka sebagai lokasi syuting. Efeknya, tempat – tempat
tersebut menjadi objek wisata yang paling banyak dikunjungi oleh
wisatawan, baik domestic maupun asing.
Lokasi syuting drama Winter Sonata (2002) di Pulau Nami membuat
kunjungan ke pulau tersebut yang sebelumnya hanya 200.000 meloncat
menjadi 1,6 juta kunjungan di tahun 2010. Pulau Jeju yang menjadi lokasi
favorit untuk pengambilan drama di Korea Selatan. Di antaranya Boys
Before Flower (BBF), Secret Garden, Dae Jang Geum, Thank You dan
beberapa drama lain yang kita ketahui sangat booming di Indonesia.
Bahkan Museum Teddy Bear makin banyak dikunjungi karena drama Princess
Hours (Goong). Tak hanya itu, N Seoul Tower juga menjadi salah satu
objek wisata favorit setelah kemunculannya di drama BBF dan Goong.
Selain
lokasi syuting, alur cerita yang ditawarkan pun tidak berbelit – belit
dengan jumlah episode yang minimalis. Selain itu, tema percintaan yang
disajikan juga tidak berlebihan dan kadang disisipi dengan masalah
sosial politik di Negara itu seperti drama King Two Hearts (2012).
Kemudian, tak ketinggalan drama – drama produksi Korea Selatan juga
memperlihatkan kebudayaan Negeri Ginseng tersebut yang terlihat dari
drama seperti Dae Jang Geum, Hwang Ji Ni, Dong Yi dan drama lainnya yang
menggambarkan Korea di zaman Joseon.
Kekuatan inilah menjadikan
Korea Selatan sangat menarik untuk dikunjungi. Lokasi dan sejarah yang
mencerminkan kebudayaan Korea Selatan di drama TV. Kedua hal ini yang
belum kita temukan di sinetron maupun film di Indonesia.
Penulis
berharap, pemerintah mampu mendorong industri hiburan untuk menghasilkan
hiburan – hiburan yang dapat dijual di Negara lain. Hiburan yang
menggambarkan Indonesia seutuhnya dari segi geografis maupun sejarah
besar bangsa ini. Untuk para pemilik industri hiburan harapan besar itu
selalu ada. Mereka yang berkecimpung di dunia hiburan penulis yakini
mampu memberikan gambaran tentang Indonesia. Bukan lagi tentang hal –
hal SARA sarat kontroversi hingga hal mistik yang tak masuk akal,
melainkan pencitraan Indonesia sebagai Negara yang aman, indah dan
berbudaya.
sumber: http://haluankepri.com/opini-/35210-pengembangan-pariwisata-indonesia.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar